Page 98 - JALUR REMPAH
P. 98
84 | Jalur Rempah dan Dinamika Masyarakat Abad X - XVI
seperti Cochin Cina. Namun, daya tarik pulau Timor adalah cendana yang
banyak tumbuh di sana. Kayu ini sepertinya sudah dikenal orang Cina. Awal
abad ke-14 kapal-kapal pedagang Cina secara periodik pergi ke sana untuk
memuat muatan berharga ini.
Sementara itu, orang Jawa dan Melayu memasarkan kayu cendana kepada
orang India. Di India cendana digunakan untuk salep dan parfum. Di Eropa
cendana dipergunakan untuk obat-obatan. Cendana memiliki peran besar
dalam upacara kremasi dan pengorbanan. Menurut pedagang Malaka, kayu
ini hanya dapat ditemukan di Timor. Mereka memiliki peribahasa yang
mengatakan “Tuhan membuat Timor untuk cendana, Banda untuk buah pala,
dan Maluku untuk cengkeh.” Produk-produk Kepulauan Sunda Kecil ini dapat
35
diperoleh dengan cara ditukar dengan kain Gujarat yang murah, benda-benda
yang terbuat dari besi, seperti pedang, kapak, pisau, paku, serta manik-manik
berwarna, porselen, timah, merkuri dan timah hitam. Walaupun penduduk
Kepulauan Sunda Kecil mengunjungi pelabuhan-pelabuhan pesisir Jawa
menggunakan kapal-kapal kecil, pedagang dari Kepulauan Sunda Kecil tidak
memperluas perdagangannya ke pelabuhan Malaka. Para pedagang Malaka
harus mengambil sendiri produk-produk ini ke Kepulauan Sunda Kecil.
Demikian pula dengan pedagang-pedagang Banda yang melakukan pelayaran
ke sana melalui pesisir Pulau Babar, Kisar, Wetar, Alor dan tiba di Timor.
Barang-barang yang didagangkan adalah tenun kasar, manik-manik, timah,
alat-alat pertanian seperti kapak, pisau, pedang, dan paku. Barang-barang itu
dipertukarkan dengan kayu cendana, yang kemudian diperdagangkan oleh
orang-orang Banda kepada pedagang Gujarat dan Arab. Selain itu, pedagang
Banda datang ke Timor juga untuk membeli budak. Perdagangan budak sangat
ramai di seluruh kepulauan ini. Budak-budak yang dibeli pedagang Banda
untuk dipekerjakan di kebun-kebun pala. Kebanyakan budak-budak itu berasal
dari pedalaman Kepulauan Sunda Kecil seperti Sumbawa dan Bali.
36
35 Ini merupakan ungkapan terkenal dari Tome Pires yang menyaksikan ramainya perdagangan
rempah-rempah di pelabuhan Malaka. Lihat, Meilink-Roelofsz, Ibid., hlm. 121.
36 Budak-budak yang diminati oleh pedagang Banda adalah budak perempuan untuk bekerja
di perkebunan. Untuk hal ini lihat. Reid. Op.cit. Asia Tenggara Dalam Kurun Niaga…Jilid 2, hlm.72.