Page 178 - JALUR REMPAH
P. 178

164 | Jalur Rempah dan Dinamika Masyarakat Abad X - XVI


               diislamkan. Kemudian, pada akhir abad ke-14 Gujarat berhasil memerdekakan
               diri dan menjadi kerajaan terpisah.

                   Pelayaran  pedagang  Gujarat terutama dilakukan oleh orang Muslim.
               Demikian pula dengan Benggala, para pedagangnya adalah Muslim. Mereka
               yang melakukan pengislaman di kota pelabuhan pantai utara Jawa dan Sumatera.
               Sementara itu, orang-orang  Arab jarang menggunakan menggunakan jalur
               Samudera Hindia bagian timur, lebih memilih menumpang kapal India. Mereka
               bersandar di pelabuhan Malaka dan juga melakukan penyiaran agama Islam.

                   Pada abad ke-15 perkembangan pengetahuan nautika pelaut Arab telah
               mencapai puncaknya. Situasi ini dapat dijelaskan bagaimana pedagang Arab
               membuat rute laut secara bertahap untuk mengatasi angin muson di Samudera
               Hindia. Sebelum Malaka berdiri pedagang Arab di pesisir Arabia menggunakan
               pelabuhan Aden sebagai jalur perdagangan di  Asia Barat. Para pelaut  Arab
               harus melalui Samudera Hindia bagian timur dan menyusuri pesisir mencapai
               Malaka. Juga, pelabuhan Aden merupakan pintu masuk ke Laut Merah. Namun,
               setelah perkembangan pengetahuan nautika dan pengalaman para pelaut Arab,
               berdiri pelabuhan Hormuz di pesisir Persia dan India. Pusat perdagangan di
               Kerajaan Gujarat.

                   Hormuz merupakan  pelabuhan penting bagi hubungan langsung ke
               Malaka. Kota  pelabuhan itu pertumbuhannya berasal dari alih muatan dan
               stasiun antar rute laut yang panjang dari Barat ke Asia Timur dan sebaliknya.
               Ini tidaklah mungkin untuk berlayar bolak-balik di Samudera Hinda hanya
               dengan sebuah angin muson. Dengan bertambahnya lalu lintas yang semakin
               terorganisasi, jalur laut dibagi menjadi “tahap-tahap” dan pusat alih muatan.
               Situasi ini kemudian juga menyebabkan sebuah pasar berdiri, maka pelayaran
               pedagang Arab hanya mulai berlayar di Samudra Hindia bagian barat.
                                                                                  43
                   Pedagang Arab  berangkat dari  pelabuhan  Hormuz ketika musim  angin
               barat menyusuri pesisir barat  Samudra Hindia dan tiba di  Malaka dengan
               waktu tempuh sekitar tiga bulan. Di pelabuhan Malaka mereka alih muatan,
               mereka berlayar menggunakan kapal layar dhow mempunyai kecepatan dan


                   43  Pelayaran pedagang Arab menggunakan teks nautika berbahasa Arab yang diberi judul Mohit
               (Mengelilingi Laut). Naskah ini disusun di Gujarat pada pertengahan abad ke-16 oleh seorang Laksamana
               Turki bernama Sidi Ali Celebi. Dia adalah komandan armada Sultan Soliman yang melawan Portugis.
               Untuk hal ini lihat. Meilink-Roelofsz. Op.cit. Asian Trade and European Influence.., hlm. 57.
   173   174   175   176   177   178   179   180   181   182   183