Page 180 - JALUR REMPAH
P. 180
166 | Jalur Rempah dan Dinamika Masyarakat Abad X - XVI
kepala, mata menatap huruf bergaris bisa melantunkan suara yang merdu.
Penduduk Banda melihat pembaca Alquran sebagai orang sakti yang tidak
tertandingi.
47
Orang kaya menempatkan mereka sebagai pedagang yang membawa
anugrah, karena selain mereka menonjol dalam spiritual keagamaan, dan juga
mahir dalam berlayar mengarungi perairan lautan. Tidak hanya itu, orang
kaya meniru cara berpakaian pedagang Arab menggunakan jubah panjang,
yang menggunakan pula celana panjang. Sedangkan untuk perempuan
menggunakan pakaian tertutup hingga bagian kepala. Selain itu, penduduk
setempat juga sangat bangga dapat bergaul dengan pedagang asing itu yang
beragama Islam.
Di kalangan penduduk lokal, para pedagang dan mubalig dipandang
sebagai orang-orang yang memiliki pengetahuan dan spiritual yang hebat.
Oleh karena itu, orang asing dan pedagang yang beragama Islam dapat dengan
mudah menikahi perempuan lokal, terutama dari kalangan bangsawan dan
kemudian membentuk keluarga Islam. Ditambah pula, Islam memberikan
ruang kepada kaum pria untuk dapat beristri lebih dari satu daripada berzina.
Jadi, perkawinan antara pedagang atau mubalig dengan perempuan lokal
merupakan Islamisasi yang alamiah.
Komunitas Buton dan Bugis Di Kepulauan Banda
Secara geografi, Buton terletak di Sulawesi Tenggara mempunyai hubungan
dengan kepulauan Banda sejak lama. Pelaut Buton terkenal dengan produksi
perahu layar galle. Perahu galle yang diciptakan oleh pelaut Buton merupakan
salah satu yang terindah di Asia Tenggara. Panjang perahu galle yang mereka
ciptakan mencapai 40 meter.
48
Pedagang Buton berlayar ke pelabuhan kepulauan Banda dari perairan
47 Thalib. Op.cit. Islam Di Banda Naira…., hlm. 130.
48 Pelaut Makassar menyebut perahu gallay adalah galle, istilah ini membuktikan pengaruh
orang-orang Portugis yang datang ke tempat itu. Di Maluku dikenal sebagai perahu galai-galai perang
yang cepat di Filipina sebagai korakora, yang beradal dari bahasa Arab, kurkur. Sementara itu di Aceh
sebagai gurab yang berasal dari perkataan Arab pula. Untuk hal ini lihat. Reid. Op.cit. Asia Tenggara
Dalam Kurun Niaga…hlm. 268-269.