Page 198 - JALUR REMPAH
P. 198
184 | Jalur Rempah dan Dinamika Masyarakat Abad X - XVI
jika sejak zaman kuno pantai utara Jawa juga memiliki peran yang signifikan
dalam sejarah pulau Jawa secara umum. Seperti diketahui bahwa tanda-tanda
kemajuan masyarakat Jawa pada awalnya ditemukan di kawasan pantai. Kubur
batu dan dolmen serta peninggalan punden berundak yang menunjukkan
kemajuan sebelum terjadikan kontak dan komunikasi dengan India ditemukan
di kawasan Lasem yang terletak di pantai utara Jawa Tengah bagian timur.
Demikian juga kerajaan tertua di Jawa yaitu Tarumanegara juga ditemukan
di kawasan pantai di Bekasi, Jawa Barat. Kerajaan Kalingga atau Holing juga
diperkirakan di pantai utara Jawa tengah yaitu sekitar Jepara. Dalam hal ini
peran dunia kemaritiman sangat penting dalam konteks perkembangan
masyarakat pantai utara Jawa. Penemuan situs kapal kuno di Punjulharjo,
Lasem, kabupaten Rembang yang seusia dengan masa awal Kerajaan Sriwijaya
juga menunjukkan betapa masyarakat pantai utara Jawa sudah mengalami
perkembangan yang pesat sebelum wilayah pedalaman menggantikannya.
Dalam perkembangan selanjutnya ketika kedudukan Nusantara menjadi
semakin peting dalam perdagangan internasional, pantai utara Jawa mengambil
posisi yang sangat penting bukan hanya sebagai pemasok utama salah satu
produk yang diperdagangkan yaitu beras tetapi juga sebagai transito dan gudang
rempah sebelum diperdagangkan lebih lanjut. Pantai utara Jawa menjadi salah
satu matarantai utara dalam jalur perdagangan internasional di Nusantara.
Pantai utara Jawa merupakan jalur rempah “rute selatan”. Oleh karena kemajuan
perdagangan inilah komunitas pantai utara Jawa semakin berkembang pesat.
Komunitas yang tinggal di pelabuhan menjadi semakin berkembang di
pantai utara Jawa. Sebagai salah satu gambaran bisa dikemukakan bahwa
73
setiap pelayaran dari Pasai yang terletak di ujung utara Sumatera senantiasa
melalui rute selatan untuk memperoleh beras Jawa dan singgah mencari air
bersih pelabuhan-pelabuhan pantai utara Jawa. Demikian pula orang-orang
for its non local market is its port, i.e. the area where goods and/or passengers are phisically transferred
between two modes of transport, of which at least one is maritime (transfer from ship to ship can of
course also occur and, in the case of pure intrepots, may assume overwhelming importance). Frank
Broeze, “Introduction”, dalam: Frank Broeze & Peter Reeves (eds), Brides of the Sea: Port Cities of Asia
from 16 -20 Century (Kinshington: New South Wales University, 1989), hlm. 30.
th
th
73 Pelabuhan-pelabuhan di pantai utara Jawa jenisnya beragam. Terdapat pelabuhan yang
mempunyai hubungan langsung antara aliran sungai dengan muara, arus air yang akan melaju ke laut,
dan terdapat pula pelabuhan yang tidak mempunyai hubungan dengan pedalaman melalui arus sungai,
tetapi melalui daratan. Pelabuhan yang tidak mempunyai hubungan melalui sungai adalah pelabuhan
Tuban, sedangkan pelabuhan yang mempunyai relasi dengan sungai sebagai contoh adalah bandar
Gresik.