Page 199 - JALUR REMPAH
P. 199
Terbentuknya Komunitas Pesisir dalam Perniagaan Rempah | 185
Banjarmasin yang berdagang batu permata dan memperoleh beras Jawa harus
menyusuri rute Jawa. Sebaliknya orang-orang Jawa baik dari Gresik maupun
Tuban berlayar ke Banjarmasin untuk mendapatkan hasil hutan seperti damar,
kayu, madu dan rotan. Hal itu berlangsung hingga masa-masa selanjutnya.
74
Dalam konteks perdagangan intra-Asia, orang-orang Cina berlayar dari
Guang Dong, Cina selatan ke pelabuhan-pelabuhan pantai utara Jawa untuk
menukarkan produk kain sutera dan barang pecah belah seperti keramik dan
porselein. Pelayaran kapal dari Guang Dong tersebut membutuhkan waktu
75
beberapa bulan untuk mencapai pelabuhan pantai utara Jawa. Oleh karena
itu, perjalanan waktu yang panjang itu membutuhkan tempat singgah guna
mendapatkan air bersih dan makanan. Sebagaimana diketahui, alur pelayaran
76
ketika itu sangat ditentukan oleh musim yang menentukan arah angin dan arus
laut. Untuk dapat berlayar ke arah barat, haruslah menunggu musim tertentu
di mana angin berhembus ke barat, demikian pula halnya dengan pelayaran
ke arah timur. Untuk itu, jadwal dan jalur pelayaran diatur berdasarkan
musim. Semua ini karena kapal ketika itu merupakan kapal layar yang hanya
mengandalkan tenaga angin sebagai tenaga penggeraknya.
Deskripsi musim dan kapal layar di atas, mengkondisikan pelaut/pedagang
untuk singgah dan bahkan menetap membentuk komunitas di pelabuhan
pantai utara Jawa. Pertanyaan penting perlu dikemukan di sini kenapa orang-
orang asing yang berdagang dan menetap di pelabuhan-pelabuhan pesisir
utara Jawa dapat diterima oleh komunitas setempat? Masalah ini menjadi
salah satu faktor yang memudahkan orang Eropa untuk masuk ke kawasan
Nusantara. Sudah menjadi tradisi bahwa masyarakat Nusantara sudah terbiasa
bisa menerima kaum pedagang asing dalam masyarakat. Di Nusantara pada
77
74 R. Broersma, Handel en bedrijf in Zuid- en Oost-Borneo (The Hague: Naeff, 1927), hlm. 25-27.
75 Untuk perjalanan pelayaran orang-orang Cina dari Guang Dong lihat. Roderick Ptak.
“Northern Trade Route to the Spice Islands: South China Sea-Sulu Zone North Moluccas (Fourteenth to
Early Sixteenth Century). Dalam, Archipel No. 43, 1992, hlm. 27-56.
76 Pelayaran kapal dari Indonesia Timur menuju pelabuhan-pelabuhan Jawa utara masih
mempergunakan jalur selatan hingga tahun 1970-an. Pelaut-pelaut itu masih mempergunakan kapal
layar dan jadwal musim angin. Dari cerita para pelaut Banda pada 1970an mereka mengangkut kopra
dan rempah-rempah, biasanya mereka singgah di pelabuhan Sumbawa sebelum tiba di Surabaya.
Singgah di Sumbawa untuk mendapatkan air bersih dan makanan. Untuk hal ini lihat wawancara dengan
Abdullah pada 8 Mei 2017 di Pulau Run, Kepulauan Banda.
77 Situasi ini sangat berbeda di Eropa dan di Asia. Ketika itu di Eropa “kekasaisaran” lama pada