Page 217 - JALUR REMPAH
P. 217

Dinamika Masyarakat Jalur Rempah | 203


                                 Masyarakat Banda dan Buah Pala




                         enduduk Banda telah ratusan tahun lampau menyebut  buah  pala
                         sebagai  buah  emas. Buah  pala separuh usianya akan berwarna
                 Pkuning keemasan. Dalam masa kuning keemasan  buah  pala belum
                 boleh dipetik. Buah pala boleh dipetik, pada saat berwarna kuning merekah
                 kemerahan Ketika  sudah  merekah  dan  fuli  berwarna  merah,  dia  diizinkan
                 untuk masuk ke dalam “Takiri”, sebutan untuk keranjang anyaman bambu bagi
                 pengumpulan buah pala. Hampir dipastikan buah pala berasal dari Kepulauan
                 Banda. Tome´ Pires mengutip ungkapan peribahasa pedagang Malaka terhadap
                 anugerah Tuhan yang Maha Kuasa atas menciptakan rempah dan kayu cendana.
                 “Tuhan membuat Timor untuk cendana, Banda untuk buah pala, dan Maluku
                 untuk cengkeh.  Dalam Hikayat Lonthor dikisahkan buah pala di Kepulauan
                                1
                 Banda tumbuh meluas karena permintaan putri  Cilubintang, bungsu dari
                 lima bersaudara. Menurut Hikayat Lonthor kelima bersaudara itu lahir dari
                 manusia pertama Banda, Andan dan Dalima.  Cilubintang sekarang ini
                 sumber mata air di Naira dan setiap upacara buka kampung pada pukul 24.00
                 penduduk mengambil air dengan toples dan botol. Dalam Hikayat Lonthor juga
                 diceritakan adanya buah pala di Banda atas permintaan Cilubintang ketika dia
                 dipinang oleh Kapitan Timur.

                     “Pulau Banda banyak pula didatangi orang-orang dari kepulauan sebelah
                     timur. Sampai hari ini tempat itu pun disebut Pantai Timur. Salah seorang
                     Kapitan Timur bermaksud meminang  Cilubintang (si bungsu), keempat
                     saudara pun menyetujuinya sedangkan sebagai mahar perkawinan
                     permintaan diserahkan sendiri kepada Cilubintang. Keputusan Cilubintang
                     maharnya berupa  buah  pala sebanyak 99  buah. Mendengar permintaan
                     Cilubintang, Kapitan Timur terkejut mendengarnya. Karena nama buah pala
                     baru didengarnya, bentuk dan rupanya pun belum diketahuinya. Setelah
                     beberapa lama mencari  buah  pala, kemudian Kapitan Timur itu kembali
                     dengan membawa 99 buah pala sebagai mahar, namun sayangnya sebelum
                     memasuki hari pernikahan Kapitan Timur meninggal dunia. Buah  pala
                     yang diberikan Kapitan Timur itu oleh kelima bersaudara mulai ditanam di
                     tempat kelahiran mereka yaitu Gunung Kulit Cipu dan Gunung Bendera.



                    1  Pires. Op.cit. Suma Oriental, hlm. 204.
   212   213   214   215   216   217   218   219   220   221   222