Page 220 - JALUR REMPAH
P. 220
206 | Jalur Rempah dan Dinamika Masyarakat Abad X - XVI
buahnya tetap banyak. Pohon-pohon pala yang tumbuh subur di Kepulauan
Banda akibat dari kandungan belerang yang tertiup angin dari sumbernya di
Pulau Gunung Api. Selama ribuan tahun kandungan belerang tersebut menjadi
semacam humus yang menyuburkan tanaman pala. Tak dapat disangkal pohon
pala di Banda di zaman kuno tumbuh secara liar. Pada abad ke-14 orang-orang
Banda mulai melakukan budidaya pala dalam bentuk perkebunan. Titik tolak
ini didasarkan atas bukti-bukti sistematis pengiriman biji pala dan fuli ke pasar
Eropa. Agen perdagangan Italia telah melaporkan secara teratur pasokan pala
dan fuli dari Kepulauan Banda. Pasar kawasan Eropa didistribusikan dari
bandar Mamluk Aleksandria, Mesir.
5
Pohon pala ketika panen dengan warna merah merekah, buahnya
menyebarkan harum semerbak. Buah pala tidak hanya dipergunakan untuk
penyedap makanan atau menghilangkan bau dan rasa tidak sedap dari ikan
serta daging, tetapi juga bermanfaat untuk mengobati perut mual dan sakit
kepala. Buah pala itu berasal dari pohon myristica fragrans. Terdapat dua
komponen dalam buah pala. Pertama, orang Banda menyebutnya fuli. Fuli
bukanlah bunga pala, secara harfiah, melainkan pembungkus yang melekat
di biji pala. Warnanya merah bersemarak, bentuknya berlubang-lubang,
seperti renda. Fuli, harganya tinggi daripada biji pala. Kedua, adalah biji pala
yang dipergunakan untuk penghangat dan pewangi makanan. Orang Banda
menggunakan biji pala untuk sajian sup ikan yang harumnya semerbak.
Ketika orang-orang kaya membudidayakan tanaman pala, para pengunjung
dari barat berimajinasi secara puitis yang dalam konteks jamannya agak
berlebihan. Sejarawan kolonial dari abad ke-17, Argensola menulis tentang
pohon pala, yang didasarkan atas laporan orang-orang Portugis.
“Pohon pala menyerupai pohon pir di Eropa. Buahnya pun mirip dengan
buah pir, atau dengan bulatan yang agak mirip buah Melocotone (sejenis
jambu). Bila berbunga, pala menyebarkan bau harum yang sedap. Sedikit
demi sedikit warna hijau aslinya memudar, sebagaimana layaknya sebuah
sayuran. Kemudian, muncul warna biru bercampur abu-abu—warna buah
cherry –serta warna emas yang pucat, seperti warna pelangi. Bukan dalam
pembagian yang teratur seperti itu, tetapi berupa titik-titik laksana batu
jaspar. Kakatua yang tak terbilang banyaknya dan burung-burung lain dari
5 Meskipun catatan itu tidak terlalu lengkap, namun jika digunakan untuk memperkirakan
produksi ekspor pala ke Eropa pada abad ke-15.