Page 225 - JALUR REMPAH
P. 225
Dinamika Masyarakat Jalur Rempah | 211
Pelabuhan Niaga Pala Banda
Terdapat lima pelabuhan di Kepulauan Banda, yakni Pelabuhan Naira,
Orantata, Kombir, Selammon, dan Lonthoir. Kelima pelabuhan itu menampung
produksi pala dan fuli dari perkebunan. Masing-masing pelabuhan terkait
dengan perkebunan yang memproduksi pala, mereka juga memutuskan
kepada siapa produksi pala akan dipertukarkan. Pelabuhan Naira seringkali
didatangi oleh pedagang Jawa yang membawa beras, kain tenun kasar produksi
Kepulauan Sunda Kecil dan Gujarat. Namun demikian empat pelabuhan
lainnya yang berlokasi di Pulau Banda Besar telah ramai dengan perniagaan.
Terdapat dua Pulau lagi yang menghasilkan pala dan fuli yakni Pulau Run dan
Ay. Namun, kedua Pulau itu tidak memiliki dermaga pelabuhan. Sehingga alih
muatan dioperasikan di tengah laut dengan bantuan perahu. Sementara itu,
orang-orang kaya (kepala kampung) sebagai saudagar rempah juga memiliki
perahu. Mereka memperoleh perahu dari orang-orang Seram. Perahu-perahu
itu dibeli oleh orang kaya dipertukarkan dengan kain tenun dan keping emas.
Orang-orang kaya, juga membeli perahu dari pelaut-pelaut Kei yang telah lama
menjadi sahabat orang-orang Banda dalam perniagaan. Orang-orang kaya
15
juga memperoleh perahu dari orang Bugis yang dikenal dengan perahu gallay.
Orang kaya Banda, membeli pula kapal layar jung dari pedagang-pedagang
Jawa. 16
Pada abad ke-16, penduduk Kepulauan Banda berjumlah 15.000 orang.
17
Separuh dari jumlah penduduk itu tinggal di Pulau Banda Besar. Pulau itu
merupakan gugusan pulau dengan luas daratan 14 km persegi. Di pulau ini
terdapat batu karang menjulang dengan ketinggian 20 meter, dari jauh seperti
kapal kandas. Penduduk tinggal di pinggir pantai dengan rumah panggung
yang mempergunakan tangga untuk turun dan naik. Di bagian bawah rumah
mereka manfaatkan untuk memelihara ternak seperti kambing dan ayam.
Untuk upacara tertentu binatang-binatang itu akan disembelih, makan besar
orang sekampung.
15 Reid. Op.cit. Asia Tenggara Tenggara Dalam Kurun Niaga…Jilid 2, hlm. 91
16 Kapal dalam bahasa Inggris “junk”, tapi itu bunyi suara Cina. Sebetulnya kata itu masuk ke
dalam bahasa Eropa melalui bentuk Melayu dan Jawa, “jong”. Sementara itu, teks Cina dalam periode itu
juga beranggapan bahwa itu adalah kata Melayu untuk kapal. Meskipun baik kata maupun teknologinya
barangkali masuk ke Jawa sebagai akibat adanya ekspedisi Mongolia. Reid. Ibid, hlm. 47.
17 Pires. Op.cit. Suma Oriental…, hlm. 204.