Page 230 - JALUR REMPAH
P. 230
216 | Jalur Rempah dan Dinamika Masyarakat Abad X - XVI
dahulu barang-barang yang dibawa oleh pedagang Jawa. Mengukur berapa
panjang kain dan berat dari tekstik itu. Tujuannya menimbang barang itu
agar dalam pertukaran menghormati asas keadilan. Kedua, nakhoda kapal
harus memberikan hadiah kepada orang kaya. Hadiah itu untuk menandakan
penghormatan kepada orang kaya sebagai pengetua kampung dan syahbandar
yang akan menghubungkan keluarga-keluarga di perkebunan.
25
Sebagaimana telah dibahas sekilas, kepulauan Banda bukan negeri kerajaan,
akan tetapi masyarakat komunal tradisional. Pertukaran yang berlangsung
antara pedagang dari luar dengan orang-orang Banda yang memproduksi pala
ditentukan oleh kepala kampung atau orang kaya. Pada awalnya perniagaan
dan yang mengurus para pedagang asing di pelabuhan, juga menyediakan
akomodasi para pedagang selama di tinggal di Banda dipenuhi oleh orang kaya.
Namun, setelah perniagaan beberapa tahun, dan terutama ketika orang-
orang kaya melakukan perniagaan pelayaran ke Bandar Malaka. Mereka
di sana mempunyai pengalaman, dan melihat langsung tata cara peranan
syahbandar melayani pedagang-pedagang dari luar negeri. Ketika mengetahui
terdapat empat syahbandar yang melayani beragam bangsa di bandar Malaka.
Di pelabuhan Malaka orang-orang kaya dilayani oleh syahbandar ketiga yang
meliputi bangsa Jawa, Maluku, Banda, Palembang, Kalimantan dan Filipina.
26
Ketika orang kaya kembali ke Banda, mereka mengoperasikan keberadaan
syahbandar sebagai orang yang bertanggung jawab penguasaan pelabuhan.
Setelah dilakukan pertemuan di kalangan orang kaya, mereka memodifikasi
pengalaman di bandar Malaka tentang syahbandar. Mereka memutuskan
untuk memilih orang-orang Jawa yang telah menetap di Kepulauan Banda
untuk menjalankan fungsi syahbandar.
Orang-orang Jawa itu sudah tinggal di Banda dan mempersunting istri dari
wilayah setempat. Syahbandar itu sudah mempunyai jaringan dengan kepala
kampung di perkebunan, untuk menjamin pengawasan mereka terhadap
produksi pala dan fuli serta memonopoli pasar di Banda. Pendek kata, orang-
orang Jawa itu sudah mengenal dan memahami relasi antara pelabuhan dengan
komunitas produksi di perkebunan. Hal ini, yang membuat sosok mereka
25 Pires. Op.cit. Suma Oriental, hlm. 207.
26 Meilink-Roelofsz. Op.cit. Asian Trade…, hlm. 40.