Page 232 - JALUR REMPAH
P. 232

218 | Jalur Rempah dan Dinamika Masyarakat Abad X - XVI


               Hingga awal abad ke-17,  pedagang asing yang berkunjung ke Pelabuhan
               Banda tidak pernah dapat mematahkan perdagangan monopoli orang kaya,
               karena penghematan yang mereka terima dari produksi pala  dan mereka
               tidak mempunyai kemampuan untuk menaklukan secara militer komunitas
               produksi perkebunan.

                   Posisi strategis yang dimiliki oleh  Kepulauan Banda di timur jalur
               perdagangan kepulauan Maluku. Menurut Pires, pada awal abad ke-15
               pedagang yang berkedudukan di Jawa dan Malaka, setiap tahun berlayar ke
               Kepulauan Banda membawa kargo kain katun dan pakaian sutra dari Gujarat,
               Koromandel dan Bengal, juga sutera  Cina,  beras  Jawa, keramik  Cina dan
               Thailand, gading gajah dan gong Jawa.
                                                    30
                   Sudah dikatakan dalam bagian sebelumnya, orang-orang kaya Banda
               mendominasi perdagangan dan pelayaran di kepulauan Maluku. Mungkin
               dikarenakan banyaknya produksi tekstil dari India yang dibawa oleh pedagang-
               pedagang Jawa diperniagakan di pelabuhan Banda. Suatu ketika pengiriman
               kargo pakaian katun dibawa oleh kapal layar jung Jawa melalui jalur selatan.
               Ketika  kapal memasuki perairan Maluku  atas arahan  orang kaya, mereka
               menggunakan tulisan “Awak Kapal Banda” (Bandanese) crews yang dalam
               realitas adalah golongan etnisitas yang menyebut pesisir Banda rumah mereka.
                                                                                         31
                   Juga,  orang  kaya seringkali  berlayar ke  pelabuhan  Ternate,  Tidore  dan
               Makian untuk mendapatkan tambahan pendapatan daru perniagaan. Mereka
               mengeskpor kembali gading gajah dan komoditi lain yang mereka pertukarkan
               dengan cengkeh Maluku, yang dapat mereka jual lagi ke pedagang-pedagang
               asing yang melakukan kunjungan tahunan ke Banda.

                   Kepulauan Banda, juga tetangganya Maluku dan Kepulauan Sulawesi telah
               mewakili  tanggapan  lokal  di  kepulauan  Indonesia  timur  untuk  kesempatan
               perdagangan internasional yang baru pada abad ke-15. Berkebalikan dengan
               Samudera  Pasai  dan  Malaka,  keduanya  secara  strategis  bertetangga  dengan
               arus utama perdagangan internasional, Banda berada di jalur perniagaan
               pinggiran dan akibatnya posisinya sangat kuat, setidaknya pada waktu itu,



                   30  Pires. Op.cit. Suma Oriental…, hlm. 209
                   31  Dikutip dari Hall. Op.cit. A History of Early…, hlm. 318.
   227   228   229   230   231   232   233   234   235   236   237