Page 236 - JALUR REMPAH
P. 236

222 | Jalur Rempah dan Dinamika Masyarakat Abad X - XVI


               itu dilelang oleh Inggeris di suatu pelelangan di London, dan kabarnya hasil
               pelelangan itu dapat menutup biaya ekspedisi mereka ke kepulauan Banda. 40

                   Pada tahun-tahun awal di Kepulauan Banda, para perkenier mendapatkan
               keuntungan dari perkebunan pala. Mereka melakukan foya-foya dengan pamer
               kekayaan dan berhutang. Kehidupan perkenier dari generasi ke generasi utang
               terus  menumpuk. Para  perkenier merasa lebih cocok dan merasa untung
               menyerahkan kepengurusan perk tersebut kepada pengawas yang digaji tinggi.
                                                                                         41
                   Para perkenier senang tinggal di Naira, pada awalnya pemukiman primitif
               yang berkembang ke arah metropolis kecil. Sementara itu, para pejabat VOC
               senantiasa mengeluh dengan gaya hidup perkenier. Para pejabat VOC sering
               mengatakan keluhannya, bahwa mustahil untuk mendidik para perkenier agar
               menjadi  gesit  dan  rajin.   Mereka  lebih  suka  hidup  dalam  kemewahan  dan
                                       42
               bermalas-malasan di kota Naira daripada memelihara dengan tekun kebun-
               kebun mereka. Membiarkan  perk mereka terlantar untuk melakukan usaha
               pengeluaran barang yang sangat spekulatif. Mereka menjual dan mengekspor
               dengan harga tinggi sebagian besar barang-barang kebutuhan yang disediakan
               kompeni dengan harga subsidi untuk memelihara budak-budak mereka. Selain
               itu, mereka memaksa budak-budak agar hidup dari sagu yang murah daripada
               beras. Para budak hanya menggunakan satu setel pakaian daripada dua setel
               pakaian yang lengkap yang disediakan VOC.

                   Para perkenier menjadi penjudi dan spekulan yang telah mendarah daging.
               Di antara para tuan kebun itu bersaing dalam kemewahan yang tidak perlu.
               Mereka menjadi ketagihan berutang dengan pedagang Arab dan Cina. Mereka
               berhutang tanpa mungkin dapat dibayarkan mengingat cara hidup yang boros.
               Dalam berutang para  perkenier mengajukan  perk dan pendapatan tahunan
               dari hasil bumi mereka sebagai jaminan. Dalam realitasnya perk itu sebagai
               tanah sewaan dengan syarat-syarat yang ketat, dan bukan sebagai hak milik


                   40  Selain perampasan terhadap produksi pala, tentara Inggris juga mendapatkan pemberian uang
               dari Gubernur Banda ketika itu sebesar 66.675 rijksdaalder. Untuk hal ini lihat. Hanna. Op.cit. Kepulauan
               Banda…, hlm. 100-101.
                   41   Pengawas  ini  adalah  mandor  yang  melakukan  pengawasan  terhadap  pekerjaan  menyiangi
               rumput di perk, dalam pemetikan buah pala di perk dan pengasapan biji pala di dapur pala.
                   42  Para pejabat VOC mempunyai anekdot bahwa para perkenier seperti burung kasuari, sejenis
               burung darat yang besar dan cepat larinya, tetapi buruk rupanya, menyerupai seekor emu. Anekdot
               ini dapat diterjemankan bahwa para perkenier melakukan ketidakjujuran yang tidak terbilang. Hanna.
               Op.cit. Kepulauan Banda…, hlm. 89.
   231   232   233   234   235   236   237   238   239   240   241