Page 240 - JALUR REMPAH
P. 240

226 | Jalur Rempah dan Dinamika Masyarakat Abad X - XVI


               Kehilangan budak pada 1693 dan dua wabah penyakit pada 1702 dan 1765
               melenyapkan 1.529 orang dengan nilai nominal keseluruhan 61.160 reaal.
                                                                                      49
                   Bencana alam yang terjadi pada 1778 membuat bangkrut perkenier Belanda.
               Pada 28 April 1778 pada pagi hari selama satu jam yang menakutkan terjadi.
               Secara serentak letusan Gunung Api, gempa bumi, ombak besar air pasang dan
               angin topan yang menimbulkan kerusakan luar biasa. Wujud dari bencana
               alam itu berupa kerusakan di kota-kota, perk, juga di benteng-benteng yang
               kuat bangunannya itu. Kerusakan di kebun-kebun pala begitu besar sehingga
               satu dari setiap dua pohon tumbang. Panen selama 12 bulan berikutnya turun
               menjadi hanya 30.000 pon pala dan 10.000 pon fuli disbanding dengan 800.000
               pon pala dan 200.000 pon fuli secara berturut-turut tahun 1777.  Pendapatan
                                                                             50
               para  perkenier anjlok sebanding dengan itu. Mereka begitu terpukul oleh
               bencana tersebut, dan dihadapkan pada kenyataannya yang menyusul tidak
               ada lagi orang yang mau meminjamkan uang, sehingga VOC turun tangan
               untuk melindungi kepentingnnya sendiri. Serangkaian bencana alam baru
               berlangsung pada 1815 dan 1816, dan kemudian pada 1820—hanya beberapa
               tahun setelah kembalinya Belanda ke Banda,  berlangsung gempa yang paling
                                                          51
               merusakkan dalam sejarah Kepulauan Banda.

                   Pada perempat pertama abad ke-19 harga pala mulai merosot di  pasar
               dunia. Hal ini dikarenakan penanaman pala telah dilakukan di Bengkulu dan
               beberapa tempat di jajahan Inggris seperti Ceylon (Srilanka).  Penanaman itu
                                                                          52
               menghasilkan kualitas buah pala yang sama dengan Kepulauan Banda. Selain
               itu, perkenier sudah kesulitan untuk melakukan monopoli perdagangan pala,
               karena utang sudah bertumpuk, dan kondisi perkebunan perlu mendapatkan
               perbaikan dari kerusakan bencana alam.

                   Tahun 1859 situasi keuangan di kalangan  perkenier telah semakin
               memburuk.  Kondisi  ini  mendorong  pemerintah  untuk  mengambil  alih



                   49  Hanna. Ibid. Kepulauan Banda…, hlm. 93.
                   50  Hanna. Ibid. Kepulauan Banda…, hlm 94.
                   51  Terjadi dua kali pendudukan Inggris atas kepulauan Banda, akibat peperangan dengan Prancis
               yakni terakhir pada 1815, Banda dikembalikan ke Pemerintah Belanda.
                   52  Sejak tahun 1798 di Bengkulu, Sumatera Selatan telah dilakukan penanaman pala. Orang-
               orang Inggris melakukan pembudidayaan tanaman pala, sekitar 500 hingga 600 pohon pala ditanam di
               Bengkulu. Untuk hal ini lihat. William Marsden. F.R.S. Sejarah Sumatera. Yogyakarta: Indoliterasi, 2016,
               hlm. 217.
   235   236   237   238   239   240   241   242   243   244   245