Page 253 - JALUR REMPAH
P. 253
Dinamika Masyarakat Jalur Rempah | 239
bertiup pada bulan-bulan tertentu sepanjang tahun. Ketika kapal menuju
daratan Asia, maka kapal berlayar memanfaatkan angin musim yang bertiup
ke arah utara pada bulan April hingga Agustus. Sedangkan saat kapal berlayar
menuju selatan dari daratan Asia menuju Samudera Hindia dan Laut Natuna
Utara, maka kapal memanfaatkan angin musim yang bertiup ke selatan pada
bulan Desember hingga Maret. Pelayaran dengan berpedoman pada angin
musim itu berakibat berkembangnya pelabuhan antara. Pada abad ke-15, Pasai
dan Malaka merupakan pelabuhan antara. Selama masa transisi atau pergantian
arah angin, kapal-kapal mempunyai masa tunggu dari pergantian angin musim
ini sebelum melanjutkan pelayaran kembali. 72
Sebagai kota pelabuhan, kota-kota di pantai utara Jawa seperti Lasem,
Jepara, Tuban, Gresik juga dihuni oleh berbagai bangsa dan penduduk
Nusantara. Mereka datang ke kota-kota tesebut untuk melakukan aktivitas
perniagaan baik sebagai penjual maupun pembeli. Barang-barang dagangan
yang diperjualbelikan di kota-kota tersebut sebagian dijual kembali di tempat
lain, diekspor, ataupun ditukar dengan barang-barang lain yang nilainya setara.
Sebagai kota pelabuhan, interaksi antarbangsa dan juga kebudayaan lebih
sering terjadi sehingga kota pelabuhan terkadang juga menyandang sebutan
sebagai “kota internasional”.
Tuban misalnya, kota yang dibangun pada sekitar abad ke-7 ini dihuni
oleh berbagai bangsa antara lain asal Arab, Bengala, Persia. Tuban menjadi
tempat persinggahan kapal-kapal dan saudagar yang datang dari India,
Kamboja, Cina, Vietnam, Campa, Bengala, dan Siam. Kota pesisir di Jawa
73
Timur ini juga penting bagi Kerajaan Majapahit karena diandalkan untuk
mengumpulkan pajak. Selain itu, sebagai kota pelabuhan yang memiliki laut
dalam dan pantai yang baik untuk kapal-kapal besar berlabuh, Tuban menjadi
tempat penumpukan rempah-rempah asal Kepulauan Maluku dan Banda.
Pramoedya Ananta Toer dalam roman sejarahnya berjudul Arus Balik menulis
tentang kota pelabuhan ini sebagai berikut, “Pedagang-pedagang Atas Angin
menamai bandar ini Permata Bumi Selatan.” 74
Tentang pajak sebagaimana disebut di atas, Nagarakertagama menyebutkan
72 Lihat Reid. Op.cit. Asia Tenggara Dalam Kurun Niaga…Jilid 2, hlm 78.
73 Lihat Lombard. Op.cit. Nusa Jawa: Silang Budaya. Jilid 2 Jaringan Asia, hlm 38-9.
74 Toer. Arus Balik, hlm 21.