Page 251 - JALUR REMPAH
P. 251

Dinamika Masyarakat Jalur Rempah | 237


                      Perairan Nusantara tidak hanya merintis jalan bagi terbukanya interaksi
                 antarbangsa secara meluas di bidang ekonomi tetapi juga hingga ke bidang
                 sosial dan budaya karena para saudagar maupun awak kapal masing-masing
                 datang dengan latar belakang sosial-budaya yang berbeda. Keragaman
                 antarbangsa yang dipertemukan melalui dunia pelayaran dan perniagan inilah
                 yang memberi karakter pada sebuah kota  pelabuhan. Watak kosmopolitan,
                 pluralistis, pada kota-kota pelabuhan sangat melekat di dalamnya. Semua kota-
                 kota pelabuhan utama di Asia Tenggara adalah pelaku aktif dalam perniagaan
                 antarbangsa, dan sebutan sebagai orang Melayu, orang Jawa, maupun orang
                 Cina umum digunakan kepada golongan orang Asia Tenggara yang melakukan
                 aktivitas perniagaan pada abad ke-16.

                     Pertemuan berbagai bangsa dalam dunia perniagaan jarak jauh pada
                 akhirnya juga mengembangkan dan meningkatkan transaksi dalam
                 perdagangan lokal. Pasokan pangan dan minuman berupa beras, sayur-mayur,
                 ikan asin, daging, tuak, gula dan garam serta berbagai barang dagangan lokal
                 dan bahan bangunan juga meningkat. Sebaliknya pusat-pusat perniagaan
                 hasil bumi kemudian membawa logam, keramik, tekstil dari produsen kepada
                 konsumen,  mengumpulkan  barang-barang  ekspor,  dan  mendistribusikan
                 kembali barang-barang impor.  Sastrawan Pramoedya Ananta Toer melukiskan
                                                67
                 aktivitas di kota pelabuhan Tuban dengan narasi berikut. “Paling tidak telah
                 seribu tahun perahu dan kapal-kapal berlabuh di bandar Tuban Kota. Dari
                 barat, timur dan utara. Dari timur orang membongkar rempah-rempah dari
                 kepulauan yang belakangan ini mulai disebut bernama Mameluk dan cendana
                 dari  Nusa Tenggara. Dari  Tuban sendiri orang memunggah  beras, minyak
                 kelapa, gula[,] garam, minyak tanah dan minyak-minyak nabati lainnya, kulit
                 binatang hewan.”  Pertumbuhan kota-kota  pelabuhan juga meningkatkan
                                  68
                 permintaan air tawar bagi kapal-kapal sebelum melanjutkan perjalanannya.

                     Oleh karena perairan atau laut menjadi fokus dalam aktivitas penduduk,
                 maka kontruksi kota-kota  pelabuhan pun menghadap ke laut dan pesisir
                 menjadi pusat aktivitas masyarakat. Kota-kota di sepanjang pantai utara Jawa


                 akan tenaga kerja. Budak juga dibutuhkan sebagai anak buah kapal dalam dunia pelayaran. Lihat Reid.
                 Op.cit. Asia Tenggara Dalam Kurun Niaga… Jilid 2, hlm 44, 59.
                    67  Lihat Reid. Ibid., hlm 80-81.
                    68   Mameluk  adalah  sebutan  dari  saudagar-saudagar  Arab  yang  kemudian  berubah  menjadi
                 Maluku. Lihat Pramoedya Ananta Toer. Arus Balik. Jakarta: Hasta Mistra, 1995, hlm 20.
   246   247   248   249   250   251   252   253   254   255   256