Page 247 - JALUR REMPAH
P. 247
Dinamika Masyarakat Jalur Rempah | 233
abad dengan mengarungi lautan, menembus terpaan angin, menerjang ombak
selama berbulan-bulan dengan biaya yang besar bukan hanya berharap sebuah
keuntungan atas jual-beli komoditas yang ditawarkan dan dibawa pulang ke
negerinya semata. Di dalam kontak perniagaan itu juga terkandung suatu
kontak dan jalinan antarbangsa melalui komoditas yang ditawarkan dan juga
menghubungkan antara satu kota dengan kota-kota lainnya. Berbagai kota
di wilayah Nusantara mulai dari Sumatera di bagian barat hingga Kepulauan
Maluku di bagian timur saling terhubung melalui pelayaran dan perniagaan
dan rempah-rempah menjadi titik pertemuannya. Interaksi antarbangsa juga
berlangsung dan tentunya bahasa serta budaya ikut berperan dalam kaitan
ini, tidak semata komoditas yang bernilai ekonomis saja. Temuan sejumlah
benda-benda arkeologis berupa keramik asal Cina, Vietnam, Thailand, Jepang
dan Eropa sejak abad ke-9 hingga ke-20 di Kepulauan Natuna di kawasan
Laut Natuna Utara misalnya menunjukkan bahwa perairan Nusantara sejak
dulu memang menjadi jalur pelayaran dan persinggahan kapal-kapal yang
menghubungkan Asia Timur dengan Asia Selatan dan Asia Teggara. Kepulauan
Natuna sebagai wilayah persilangan pelayaran merupakan pula penghasil
cengkeh, teripang, damar, gaharu pada masa era perdagangan abad ke-13 hingga
ke-14. Temuan-temuan penting di Natuna dan juga sejumlah benda-benda
63
lain berupa keramik Cina dan benda-benda logam yang kini masih tersimpan
di Museum Siginjai, Jambi, makin mengukuhkan dan memperlihatkan bahwa
perairan Nusantara penting kedudukannya dalam persilangan bangsa-bangsa
di masa lalu baik secara ekonomi maupun sosial-budaya. Rempah-rempah dan
lada misalnya menjadi daya tarik utama yang membuat bangsa-bangsa asing
ke Nusantara untuk melakukan barter dan jual-beli berbagai barang dagangan
atau komoditas pertanian dan kehutanan. Jambi dengan lada, damar, dan
hasil hutan lainnya yang telah menarik bangsa-bangsa lain untuk datang dan
melakukan transaksi niaga menjadi bagian penting dari gelombang besar kapal-
kapal yang berlayar menuju Nusantara sejak abad ke-10 hingga ke-16. Sisa-sisa
bahwa Jambi termasuk bagian dari jalur pelayaran dan perniagaan rempah-
rempah dan lada di masa lampau masih dapat disaksikan pada masa sekarang.
Batang Hari yang dahulu sangat hidup dan aktif dilayari oleh berbagai perahu
yang mengangkut berbagai barang dan lada, kini masih berfungsi dengan baik.
Situs-situs sejarah maritim masa lalu berupa misalnya sisa-sisa perahu kuno,
63 “Kepulauan Natuna Simpan Jejak Penting,” Kompas, 19 September 2017