Page 10 - TUGAS2_RUDY S P
P. 10
Bonjol memimpin gerakan-gerakan perlawanan terhadap Belanda secara
bergerilya. Perlawanan ini membuat Belanda menjadi marah. Belanda
berusaha menangkap Tuanku Imam Bonjol, namun usaha ini mengalami
kegagalan. Usaha selanjutnya ialah mengundang Yuanku Imam Bonjol
untuk berunding. Maksud ini sudah diketahui oleh Tuanku Imam Bonjol,
bahwa itu hanya merupakan suatu kelicikan. Oleh karena desakan puteranya
dan pengikutnya yang setia, akhirnya pada tahun 1837 dengan berat hati
Tuanku Imam Bonjol memenuhi undangan Belanda tersebut.
Setelah tiba di tempat perundingan, Tuanku Imam Bonjol beserta
putera dan pengikutnya yang setia ditangkap oleh Belanda. Tuanku Imam
Bonjol diasingkan ke Cianjur, Jawa Barat, kemudian dipindahkan ke
Ambon dan akhirnya dipindah ke Lotak dekat Manado. Tuanku Imam
Bonjol meninggal 8 November 1864 di Lotak dekat Manado.
3. PANGERAN DIPONEGORO
Pangeran Diponegoro dilahirkan pada tahun 1775 dengan nama
Ontowiryo. Ia putra raja dari Mataram. Beliau diasuh dan dididik oleh
neneknya menurut ajaran agama, sesuai dengan pesan dari kakeknya.
Karena ketaatan dan ketekunan dakam menerima pelajaran, maka pada usia
muda sudah dapat menjalankan perintah-Nya dan meninggalkan larangan-
Nya.
Selain itu Pangeran Diponegoro diberikan latihan keprajuritan.
Latihan itu dapat menambah kepercayaan pada diri sendiri. Latihan yang
terus-menerus diberikan oleh pamannya, yaitu Pangeran Mangkubumi.
Dalam waktu yang relatif singkat, ia sudah dapat mempergunakan senjata.
Pangeran Diponegoro memperhatikan tingkah laku orang-orang
yang memihak kepada Belanda. Sifat penjajah itu antara lain suka
memaksakan kemauan sendiri dan selalu merugikan bangsa yang dijajah.
Bangsa apa saja yang menjadi penjajah tentu menindas bangsa yang dijajah.
Begitu pula tindakan Belanda terhadap Bangsa Indonesia. Akibatnya rakyat
semakin menjadi sengsara, karena semua dipaksa untuk mematuhi perintah
7