Page 30 - E-BAI_Hikayat
P. 30
Hikayat (cerita rakyat)/e-modul bahasa Indonesia/kelas X
"Teman-temanku bilang aku sudah tidak punya amai lagi. Kata mereka, amai
sudah mati dalam peperangan," kata Lencau pada Pui Pasung. "Apakah mamak-
mu tidak memberitahu hal itu?" tanya pui Pasung. "Weq bilang kalau amai
sedang pergi merantau," jawab Lencau. Nenek Pasung kemudian menjelaskan
tentang peristiwa sesungguhnya. Rasa penasaran dalam diri Lencau terjawab
sudah. Lencau segera pulang dan langsung bertemu mamak-nya.
"Weq, Lencau baru saja berbicara denga Pui Pasung. la mengatakan kalau
amai sudah mati dan bukan merantau," kata Lencau. Mendengar hal itu, Tinen
Awing sudah tidak bisa lagi menyembunyikan peristiwa yang sesungguhnya. la
membenarkan apa yang sudah disampaikan Pui Pasung. Tak pelak rasa amarah
Lencau mulai muncul. la berjanji akan menuntut balas ketika dewasa nanti.
Tinen Awing sangat khawatir akan hal ini. "Lencau anakku, engkau tidak perlu
membalas dendam. Hal itu memang menjadi nasibnya. Biarkan itu berlalu," ujar
Tinen Awing agar Lencau mengurungkan niatnya.
Kini Lencau tumbuh dewasa. Keinginan untuk balas dendam segera
diwujudkan. Lencau berpikir, Tamen Bungan Apui saat ini sudah tua sedangkan
ia masih muda. Lencau menyampaikan keinginan itu kepada mamak-nya. Tinen
Awing sangat khawatir nasib yang sama akan dialami Lencau. "Mintalah nasihat
terlebih dahulu kepada Pampoq sebelum engkau pergi," ujar Tinen Awing.
Lencau segera pergi ke rumah Pampoq, yang letaknya tidak terlalu jauh dari
rumahnya. Melihat kehadiran Lencau tergopoh-gopoh, Pampoq sudah menduga
apa yang hendak disampaikan. Pampoq mengajak Lencau duduk di serambi
rumah.
"Ada apa cucuku, Engkau datang tergopoh-gopoh?" tanya Pampoq basa-basi.
Lencau langsung mengutarakan keinginannya. "Aku sudah tumbuh dewasa dan
siap melakukan pembalasan atas kematian amai," ujar Lencau penuh keyakinan.
"Oh, baiklah. Engkau tunggu di rumah saja. Besok aku datang," ujar Pampoq.
Kemudian Lencau bergegas pulang, meski dengan perasaan resah menanti
kedatangan Pampoq.
Keesokan harinya, Lencau dan Tinen Awing sudah menunggu kedatangan
Pampoq sejak pagi-pagi sekali. Tampak sosok seorang tua berjalan terseok-
seok menuju rumahnya. Pampoq datang menjelang siang.
E-BAI (E-Modul Bahasa Indonesia) "Hikayat" 29