Page 32 - E-BAI_Hikayat
P. 32
Hikayat (cerita rakyat)/e-modul bahasa Indonesia/kelas X
Pampoq kembali diundang ke rumah. Seperti biasanya, ia minta disediakan
ayam putih untuk ritual. Namun kali ini bukan untuk dikibas-kibaskan sayapnya,
tapi disembelih. "Ayam ini akan aku potong. Jika nanti darahnya berhambur
kemana-mana, engkau boleh berangkat," ujar Pampoq.
Ritual segera dilakukan. Tatkala pisau memutus urat leher ayam, darah pun
berhambur. "Segeralah pergi sekarang. Engkau pasti menang," ujar Pampoq
penuh keyakinan. Lencau merasa lega, namun tidak bagi Tinen Awing. la tetap
khawatir, meskipun menurut ramalan Pampoq, anaknya akan menang. Kematian
sang suami masih sangat membekas.
***
Esok paginya Lencau siap berangkat. Penyerangan kali ini tidak dilakukan
sendiri. la disertai beberapa orang kampung yang dipilihnya. Mereka hanya
akan menyaksikan jalannya peperangan.
Setiba di kampung Bungan Apui, Lencau langsung naik pohon dan melakukan
penyerangan. Bungan Apui sudah mempersiapkan diri. la langsung
menyemburkan api. Pertempuran kali ini lebih hebat dari sebelumnya.
Beberapa kali Bungan Apui melakukan serangan, tapi Lencau mampu
menghadang dengan baju anti api yang mampu memadamkan serangan api
yang datang bertubi-tubi.
Lencau terus bergerak naik mendekat. Kekuatan Bungan Apui tampaknya
tidak mampu mengalahkan baju yang dipakai Lencau. Lencau semakin
mendekat. Saat lengah, Lencau mengayunkan mandaunya. Bungan Apui jatuh
terkapar dan mati. Warga kampung yang menyaksikan peperangan itu,
terkagum dengan kekuatan yang dimiliki Lencau.
la berkehendak naik untuk mengambil kepala bapaknya. Lalu dengan sisa
tenaga yang dimiliki, Lencau naik ke atas dan masuk rumah Bungan Apui. Ia
menemukan sangat banyak tengkorak kepala manusia. Hal ini menunjukkan
keperkasaan Bungan Apui.
"Aduh, mana kepala amai?" ujar Lencau. la kebingungan, tidak tidak tahu
mana kepala bapaknya di antara sekian banyak tengkorak. Selama ini la belum
pernah melihat bapaknya. la kemudian bersenandung untuk memanggil arwah
bapaknya, "Oh, Amai, mana kepalamu, Lencau mau ambil. Lencau mau ajak amai
pulang. Di mana tulang amai jatuh, beritahu aku, biar kupungut agar menjadi
satu kembali."
E-BAI (E-Modul Bahasa Indonesia) "Hikayat" 31