Page 80 - Dalam Bingkai Kesabaran
P. 80

Kira-kira awal bulan  Januari 2011.  Kedutan di mataku
             sudah menjalar ke pipi. Aku  jadi seperti orang yang main
             mata. Gerakan itu muncul dengan frekuensi yang lebih sering
             terjadi. Aku konsultasi ke dokter keluarga. Dokter keluarga
             tempat biasa aku periksa  menyarankan untuk mencoba
             terapi akupuntur. Aku mengikuti sarannya. Jarum-jarum kecil
             itu pun dipasang di wajahku. Dua kali aku menjalani terapi ini.
             Aku merasakan tidak ada perubahan. Aku mulai pesimis dan
             tidak mengikuti akupunktur lagi.
                 Aku beralih ke pijat  refleksi. Salah seorang teman
             mengantarkan. Dalam waktu tujuh bulan aku sudah ganti 3
             sampai 4 tempat pijat refleksi. Semua hasilnya nihil. Wajahku
             masih suka gerak-gerak sendiri. Gerakannya hanya di wajah
             sebelah kiri.
                 Akhirnya ku beranikan  pergi ke dokter saraf dengan
             diantar suami. Klinik saraf ini dipimpin oleh dokter spesialis
             saraf yang terkenal di kotaku. Dokter  bilang aku terkena

             cerebalspasy. Tidak  paham aku istilah itu. Yang  penting aku
             ingin segera sembuh. Tidak nyaman kalau berada di depan
             kelas tiba-tiba mukaku bergerak-gerak ke satu sisi. Aku pasti
             dikira sakit stroke.
                 Aku tertegun sewaktu antri di sana. Banyak juga
             pasiennya.  Aku harus  sabar menunggu  di antrian yang
             panjang. Pasiennya bermacam-macam. Rata-rata penyakitnya
             stroke. Ada yang sudah tua, ada juga yang muda.
                 “Mbak sakit apa?” salah seorang ibu yang  duduk  di
             sebelahku bertanya. Aku merasa sulit menjelaskan. Dalam
             kondisi biasa, kadang kedutan dimataku tidak muncul.





             74 | Harini
   75   76   77   78   79   80   81   82   83   84   85