Page 83 - Dalam Bingkai Kesabaran
P. 83
Aku yakin akan kuasa Allah. Setiap kali aku mendengar
lagu maherzein...Insya Allah...Insya Allah...ada jalan.. Mataku
pasti berlinang. Aku sudah berobat ke dokter Ibrahim. Dokter
spesialis yang terkenal. Aku sudah pijat terapi, pijat refleksi
dari yang tradisional sampai yang modern. Tapi hasilnya
belum ada. Jangan-jangan jiwaku yang membuat sakit.
Secara psikologis aku mungkin sebenarnya punya masalah,
tapi aku sendiri tidak tahu.
Aku termasuk orang yang introvert. Di tempat kerja
tentu banyak orang dengan karakter yang berbeda-beda. Aku
bukan orang yang suka ceplos-ceplos. Kadang aku lebih suka
diam dan memendam hal yang sebenarnya aku ingin
omongkan. Mungkinkah itu bisa menjadi penyebab sakitku?
Aku pun mencari seorang ahli psikolog. Ada teman yang
menyarankan. Aku curahkan isi hatiku yang selama ini
menjadi ganjalan. Aku sebenarnya tidak suka dengan si A,
tapi aku tidak bisa menghindar untuk tidak berteman
dengannya. Aku tidak ingin mengerjakan suatu pekerjaan tapi
karena itu perintah, jadi aku tidak bisa berbuat apa-apa.
Kutumpahkan segala uneg-uneg hatiku kepada psikolog itu.
Saat itu hatiku bisa lega.
Namun di hari berikutnya, aku merasakan hal yang sama.
Sakit saraf yang membuat gerakan di mata dan pipi sebelah
kiriku muncul lagi. Aku membatalkan jadwal untuk bertemu
psikolog itu lagi. Sekalipun aku tidak bercerita ke seseorang,
sebenarnya aku sering curhat dalm bentuk tulisan. Walaupun
kemudian kertas yang sudah kutulis itu akan kubuang setelah
selesai ku baca. Lagi-lagi usaha dengan konsultasi psikolog itu
tidak memberi satu hasil.
Dalam Bingkai Kesabaran | 77