Page 81 - Dalam Bingkai Kesabaran
P. 81

“Dokter bilang sakit saya  cerebalspasy,” jawabku
             kepadanya.
                 “Ibu??” Ucapku dengan nada bertanya.
                 “Anak saya sakit panas terus sering kejang-kejang.”,
             Jawab ibu itu.
                 “Selama setahun anak  saya harus menjalani terapi  dan
             pengobatan di sini.”
                 “Ibu kesininya setiap minggu sekali?” Tanyaku.
                 “Dulu seminggu sekali. Trus dua minggu sekali. Sekarang
             sebulan sekali.”
                 “Putra ibu sakit apa?” tanyaku ingin tahu.
                 “Saya lupa namanya,mbak.”
                 “Owh.” Aku hanya berucap itu. Ibu itu minta diri karena
             perawat memanggil untuk mengambil obat.
                 Aku kasihan dengan ibu itu. Rumahnya jauh dari klinik.
             Pengobatan saraf tidak mungkin hanya sekali. Biayanya pun
             tidak sedikit. Sebenarnya sama juga denganku.

                 Hari berikutnya  aku ikut antri terapi. Namanya terapi EEG
             Aku ikuti semua saran dokter. Besar harapanku untuk segera
             bisa sembuh. Sakit ini membuatku merasa tidak nyaman.
             Apalagi kalau sedang mengajar di depan kelas.
                  Sampai akhir bulan Desember 2011, tidak ada perubahan.
             Terapi yang kujalani belum mengarah pada kesembuhan. Aku
             mulai putus asa. Bagaimana tidak? Klinik ini adalah klinik
             terkenal untuk pengobatan penyakit saraf. Dokternya pun
             ahli di bidangnya.
                 Aku mulai stress. Teman-teman pasti ada yang menaruh
             belas  kasihan kepadaku. Rasanya itu membuatku semakin
             sedih. Aku  hanya mengeluh kepada Allah. Kemana lagi aku



                                              Dalam Bingkai Kesabaran | 75
   76   77   78   79   80   81   82   83   84   85   86