Page 5 - Sinar Tani Edisi 4073
P. 5
5
Edisi 5 - 11 Februari 2025 | No. 4073 Tahun LV
Suara Petani Singkong: kualitas singkong Lampung paling
baik,” katanya.
Naikkan Harga ungkap Dasrul, seharusnya dengan
kadar
aci
Dengan
tersebut,
berat 3,5 kg singkong saja sudah bisa
menghasilkan 1 kg tepung tapioka.
Jika harga singkong Rp1.400/kg,
dan Stop Impor maka harga tepung tapioka sekitar
Rp 4.500/kg. Artinya, produk dalam
negeri sebenarnya lebih murah
dibandingkan impor.
Karena itu, Dasrul menyesalkan
tapioka
yang
industri
tepung
seharusnya
membeli
singkong
dari dalam negeri, justru lebih
mementingkan impor. Hal ini yang
justru merusak harga singkong
petani. Saat ini, harga singkong
yang diterima petani masih jauh
dari harapan. “Harga Rp 1.350/
kg sebenarnya belum cukup
menguntungkan bagi kami, tetapi
kami terima. Padahal, dulu harga
pernah mencapai Rp 2.000 per kg.”
ungkapnya.
Padahal menurut Dasrul, petani
singkong dalam industri tapioka
sudah pernah difasilitasi Pemerintah
Daerah Lampung untuk melakukan
kesepakatan. Saat itu kalangan
industri tapioka sepakat membeli
singkong petani seharga Rp 1.400/
kg dan menyetop impor. ”Tapi
yang terjadi apa? Mereka masih
membangkang juga,” sesalnya.
Dengan siklus budidaya
singkong memakan waktu sekitar
9 bulan hingga 1 tahun, Dasrul
mengatakan, petani membutuhkan
kepastian harga yang lebih stabil
dan menguntungkan. Keputusan
Kementerian Pertanian menetapkan
harga singkong Rp 1.350/kg, petani
masih menganggap sudah cukup,
meski memang belum sesuai
harapan petani.
Saat ini biaya produksi singkong
Teks: Maradoni (Ketua PPUKI Lampung Tengah) dan Dasrul Aswin (Ketua Umum PPUKI Lampung) Rp 489/kg dan biaya panen Rp
250/kg. Hitungannya, jika harga
Petani singkong di Lampung menuntut petani masih menghadapi kendala singkong petani Rp 1.350/kg, setelah
kedua
biaya
dikurangi
dengan
pemerintah untuk menghentikan impor produktivitas karena tidak adanya komponen tersebut Rp 739/kg, maka
singkong. Mereka berharap pasokan hasil bibit unggul dari pemerintah pendapatan petani hanya sekitar Rp
500/kg.
maupun perusahaan. “Kami berharap
panen petani lokal dapat dimanfaatkan ada bantuan bibit unggul agar ”Hitung-hitungan keuntungan
sepenuhnya oleh industri dalam negeri produktivitas bisa meningkat dan petani sangat tipis. Dengan produksi
rata-rata 25 ton/ha dan potongan
sebelum mempertimbangkan opsi impor. hasil panen lebih menguntungkan,” 15% dari hasil kotor membuat
tambahnya.
Sementara itu Ketua Umum pendapatan kami semakin menurun.
atusan petani singkong Timur, Maradoni mengatakan, petani PPUKI Provinsi Lampung, Dasrul Itu hasil yang kami dapatkan selama
dari Lampung, Jumat memberikan apresiasi kepada Aswin, menjelaskan bahwa 9 bulan,” tambahnya.
(31/1) mendatangi gedung pemerintah yang sudah menaikkan produktivitas rata-rata tanaman Dasrul mengakui, selama
Kementerian Pertanian. harga singkong. ”Kami berharap ke singkong milik petani hanya 20-25 ini memang pemerintah tidak
Mereka menuntut depan petani singkong bisa lebih ton/ha. Dengan biaya produksi Rp menetapkan harga singkong. Karena
Rkeadilan. Pasalnya, sejahtera dengan kenaikan harga. mencapai Rp 14 juta, sebenarnya itu, petani berharap ada peraturan
harga singkong petani yang dibeli Bagi kami pengusaha adalah mitra petani bisa menghasilkan 30 ton/ha. menteri, peraturan daerah dan
industri tapioka hanya Rp 1.000-1.100/ kami,” katanya. “Tetapi petani harus menghadapi peraturan bupati yang mengatur
kg. Bahkan harga tersebut belum Ia mengungkapkan saat ini potongan yang diberlakukan industri penetapan harga singkong. ”Kalau
dipotong rafaksi hingga 35 persen. pendapatan petani singkong jauh mencapai 30-35%. Misalnya, jika aturan itu ada, kami tidak tiap tahun
Kedatangan petani singkong ke dari cukup untuk memenuhi petani menjual singkong ke industri ribut soal harga. Kami menghargai
Jakarta, setelah sebelumnya petani kebutuhan hidup. Rata-rata dengan harga Rp1.070/kg, setelah keputusan harga tersebut,” tuturnya.
menggelar unjuk rasa di Gedung penghasilan petani singkong hanya dipotong 30%, petani dapat apa,” Bagi petani, perusahaan
Gubernur dan DPRD Lampung. Bagi berkisar Rp 350-750 ribu/ha/bulan kata Dasrul. adalah mitra bagi petani. Petani
mereka, pemerintah daerah belum dengan produksi sekitar 25-27 ton/ha. Kualitas Bisa Diadu sebagai pihak yang memproduksi,
mampu menyelesaikan persoalan Dengan pendapatan tersebut tentu Petani juga menyoroti alasan sedangkan industri sebagai pihak
yang petani hadapi. tidak mencukupi untuk memenuhi utama industri lebih memilih impor yang membeli dan mengolah hasil
Dalam dialog dengan Menteri kebutuhan sehari-hari. Apalagi di karena harga murah dan kadar aci panen petani. Karena itu, petani
Pertanian, Andi Amran Sulaiman, tengah tingginya biaya hidup, juga yang lebih tinggi. Namun, klaim berharap agar keputusan harga dan
petani mengeluhkan kondisi biaya pendidikan dan kesehatan. tersebut menurut Dasrul tidak penghentian impor singkong benar-
yang mereka alami dan meminta ”Petani singkong di Lampung sepenuhnya benar. Berdasarkan hasil benar dipatuhi perusahaan.
pemeerintah membuat keputusan biasa menjual hasil panen dalam uji labortaorium terhadap singkong ”Kami juga mendesak pemerintah
menaikkan harga singkong bentuk singkong langsung anter ke milik petani, ternyata kadar aci cukup dan pihak terkait untuk menetapkan
menjadi Rp 1.400/kg. Selain itu juga industri tapioka. Karena itu, kami juga tinggi. harga standar yang lebih layak,
menutup kran impor tapioka yang meminta, industri membeli singkong “Kami sudah melakukan uji sehingga petani bisa mendapatkan
menyebabkan harga singkong di petani lebih dahulu sebelum laboratorium dari Sucofindo, keuntungan yang lebih adil dan
Lampung anjlok. membeli dari luar (negeri,red),” singkong lokal usia 5 bulan memiliki keberlanjutan industri singkong
Usai bertemu dengan Menteri katanya. kandungan pati 30,34%, sementara dalam negeri tetap terjaga,” harap
Pertanian, Ketua Perhimpunan Petani Dengan rata-rata produksi 25- di usia 10 bulan kandungannya Dasrul mewakili petani singkong
Ubi Kayu Indonesia (PPUKI) Lampung 27 ton/ha, Maradoni mengaku, 29,83%. Ini kadar aci tertinggi. Jadi Lampung. Herman/Yul