Page 6 - Sinar Tani Edisi 4072
P. 6
6 Edisi 29 Januari - 4 Februari 2025 | No. 4072 Tahun LV
Pekerjaan Rumah
Program MBG
Sebagai negara besar, Indonesia mempunyai sumber daya alam yang besar. Tapi
di sisi lain juga banyak keterbatasan. Salah satu masalah yang dihadapi adalah
kondisi ketahanan pangan dan gizi masyarakat tidak baik-baik saja. Seberapa
besar program MBG ini mampu mengatasi permasalahan tersebut?
D ata Global Food TK yang merupakan
transisi dari Balita
Security Indeks, dari
anak
sekolah,
ke
113 negara dunia, posisi
sisa makanan lebih
Indonesia berada di
dunia.
rangking
“Kita tahu anak-
keragaman
Kualitas
anak
pangan masyarakat 62 Indonesia banyak. PAUD/TK
masih jauh di bawah bangsa lain di yang sebelumnya
Asia-Pasific, bahkan Asia Tenggara. tergantung ibunya
Bahkan prevalensi kurang gizi (PoU) saat makan, sekarang
Di Indonesia sekitar 8%. diminta makan
“Kita masih punya beberapa sendiri. Ini tidak
masalah dalam ketahanan pangan. mudah, ada yang
Masalah terbesar adalah konsumsi malu-malu dan
pangan kualitas yang masih rendah belum kenal dengan
pada berbagai kelompok,” kata makanan yang
Kepala Lembaga Riset Internasional diberikan,” tuturnya.
Pangan, Gizi, dan Kesehatan Institut Untuk mengatasi
Pertanian Bogor (IPB), Prof. Drajat hal tersebut, perlu
Martianto saat Food and Agriculture ada motivasi dari
Summit yang diselenggarakan HA gurunya. Dengan
IPB di Bogor, Kamis (23/1). pendek dan sangat pendek. Status Sementara untuk remaja angkanya demikian, perlunya edukasi bagi guru
Bahkan lanjut Drajat, 8 dari 10 remaja umumnya normal, 8,3 sekitar 30%. Sisanya dipenuhi melalui cara memotivasi dan mengenalkan
orang Indonesia masih kurang persen kurus dan sangat kurus dan makan siang, makan malam, dan makanan baru kepada anak-anak.
dari standar internasional. Jika 12,1 persen kelebihan berat badan. camilan. Kondisi tersebut, Drajat melihat
hanya kenyang, kemampuan orang Namun sebaran di setiap wilayah “Standar gizi ini juga akan berbeda dengan anak-anak
Indonesia hanya 1 persen yang tidak tidak sama, sehingga setiap provinsi diterjemahkan ke dalam makanan SMP. Umumnya bagi anak-anak
mampu. Namun untuk sehat, hanya memiliki masalah yang berbeda. dengan pendekatan tepat jumlah, yang menjelang usia ramaja akan
1-2 orang Indonesia yang mampu Menurutnya, rendahnya kualitas tepat jenis, dan tepat waktu. Jika menghabiskan makannya.
memenuhi. “Ini problem besar. konsumsi pangan di Indonesia pemberian makan tidak sesuai, “Jadi semakin kecil usia anak,
Bagaimana kita mau kompetitif menjadi salah satu alasan lahirnya seperti terlalu pagi untuk anak yang cenderung semakin lebih banyak
memenuhi pangan yang beragam, program Makan Bergizi Gratis sudah sarapan di rumah, maka menyisakan makanan, terutama
bergizi, seimbang dan aman dengan (MBG). Program ini bertujuan tidak makanannya berisiko tidak habis,” sayur,” katanya. Hasil analisa dari
kemampuan daya beli sekarang ini,” hanya memenuhi kebutuhan gizi paparnya. lokasi tempat uji coba Program MBG,
ujarnya. ibu hamil, balita, dan anak sekolah, Prof. Drajat juga menekankan sisa nasi untuk anak-anak PAUD-SD
Mirisnya di beberapa wilayah tetapi juga menanamkan kebiasaan pentingnya penyajian makanan yang 1-3 sebanyak 24,2 kg, sisa nasi anak-
Indonesia, meski harga pangan makan sehat sejak dini. “Salah satu menarik. Sebab, anak-anak tidak anak SD kelas 4-6 dan SMP sekitar 3,1
murah tapi tidak mampu membeli. misi utama MBG adalah memastikan makan gizi, tetapi makanan. Karena kg. Sedangkan sisa sayur anak-anak
Karena itu, Drajat menegaskan, anak-anak yang mengalami itu, cara mengolah, membumbui, dan PAUD dan SD kelas 1-3 mencapai
pentingnya negara hadir untuk kekurangan gizi dapat diperbaiki menyajikan menjadi sangat penting. 21,7 kg. Untuk anak SD kelas 4-6 dan
membantu masyarakat dalam kondisinya, sekaligus menjaga Apalagi Program MBG ini menyasar SMP hanya 6,7 kg. Begitu juga sisa
memenuhi pangan bergizi, paling status gizi mereka yang sudah baik,” rentang usia yang berbeda, dari lauk PAUD-SD 1-3 sebanyak 1,6 kg
tidak 1 dari 3 kali makan. jelasnya. mulai anak-anak PAUD/TK, SD dan dan sisa lauk SD 4-6 dan SMP hanya
Drajat juga menyayangkan Ia juga menyoroti pentingnya SMA, sehingga cara penyajiannya 0,6 kg.
masyarakat Indonesia, khususnya intervensi gizi untuk ibu hamil. “Ketika juga harus berbeda. Tantangan lain yang dihadapi
anak-anak sekolah jarang sekali berbicara stunting, kita sering fokus “Porsi makanan juga diukur MBG meliputi ketepatan waktu
sarapan. Data menyebutkan, memberi makan anak yang sudah menggunakan Ukuran Rumah pemberian dan distribusi makanan,
prevalensi tidak biasa sarapan pada stunting, padahal itu tidak efektif. Tangga (URT) untuk memastikan penyesuaian menu, terutama untuk
anak dan remaja 16,9-59% dan pada Lebih penting adalah mencegah agar sesuai standar gizi,” tambahnya. anak-anak PAUD. Selain itu, edukasi
dewasa 31,2%. Meski ada anak-anak stunting baru dengan memastikan Catatan lain yang mesti diperhatikan, gizi yang belum merata untuk
yang sarapan, umumnya kualitasnya ibu hamil mendapatkan asupan gizi ungkap Drajat, hasil olahan makanan siswa dan guru, pelatihan guru dan
juga rendah, hanya sumber yang cukup agar anak yang lahir harus dikemas dalam wadah perangkat sekolah terkait program
karbohidrat. tidak stunting,” tegas Drajat. tertutup yang bersih dan aman MBG, hingga distribusi untuk ibu
”Padahal jika tidak sarapan akan untuk memastikan higienitas serta hamil, balita, dan wilayah terpencil.
mempengaruhi kemampuan darah Asupan Gizi keutuhan makanan selama proses Dengan berbagai tantangan dan
menyimpan glucosa juga kurang dan Drajat mengatakan, pihaknya distribusi hingga penyajian. solusi yang sedang dikembangkan,
akan mengganggu aktifitasnya. Jadi sudah menyusun standar gizi untuk Hasil analisis di Sekolah Penggerak program MBG diharapkan dapat
kalau diberikan tepat waktu kepada Program MBG ini. Nantinya, asupan Program Gizi (SPPG) Bojong Koneng, menjadi langkah strategis untuk
yang tidak atau jarang sarapan akan energi anak-anak berdasarkan ditemukan bahwa siswa SMP hampir mengatasi masalah gizi di Indonesia.
bermanfaat,” katanya. kebutuhan harian. Untuk anak-anak seluruhnya menghabiskan makanan Edukasi, inovasi, dan sinergi antara
Masalah lain yang dihadapi usia sekolah, sarapan yang diberikan yang diberikan. Namun, Drajat juga berbagai pihak menjadi kunci
bangsa Indonesia adalah masih harus memenuhi kalori sekitar 25% mengingatkan, pada kelompok usia keberhasilan program ini. Herman/
banyak anak-anak yang kurus, kebutuhan energi harian mereka. lebih muda, seperti anak PAUD/ Yul