Page 22 - KUMPULAN_CERPEN_FLIPPING BOOK
P. 22

Ia harus memutuskan, mana yang harus dikejar, karena
          dua anak kecil itu berpisah. Si penjambret berambut ikal berlari

          ke arah kanan, sementara satunya lagi ke arah kiri, masuk ke gang.
          Akhirnya, ia memilih mengejar si penjambret yang berlari ke arah
          kanan. Selain medannya dianggap lebih mudah, si penjambret
          itu juga membawa tas berisi laptop. Di dalamnya berisi laporan
          audit BPK yang belum ia selesaikan. Sementara kantong plastik

          yang dibawa si penjambret lain, hanyalah dua kotak martabak
          bertoping cokelat dan kacang.

                 Amir memantapkan langkah. Ia menembus hujan.
          Mengayunkan dua kakinya sambil berteriak  “copet-copet”

          meskipun sia-sia, karena bunyi air hujan yang jatuh lebih
          kencang dari suaranya. Awalnya ia berpikir si penjambret akan
          gampang ditangkap, mengingat ia masih kecil, dan merasa

          larinya lebih cepat. Namun, ia sama sekali salah. Entah sudah
          berapa ratus meter, berapa kelokan, dan berapa kali ia terpeleset,
          bikin  nafasnya  habis,  kakinya  ngilu,  dan  dengkulnya  memar
          karena jatuh. Ah, hanya ada satu kata: apes! Ia lemas, merasakan
          setengah nyawanya sudah hilang. Anak kecil yang ia kejar sudah

          tak terlihat lagi. Dengan pontang-panting, ia masih berusaha
          berjalan, meski lebih mirip zombie di film-film Barat.

                 Ia terus menggerutu, merasakan dirinya adalah orang
          paling apes di dunia. Akhirnya, ia menyerah. Kakinya kram,

          membuat keseimbangannya hilang dan akhirnya ambruk di
          trotoar. Ia menjerit kesakitan di tengah hujan yang begitu deras,




           14   Kumpulan Cerpen
   17   18   19   20   21   22   23   24   25   26   27