Page 96 - KUMPULAN_CERPEN_FLIPPING BOOK
P. 96
gedung kantor mereka, senyum melengkung tergaris di sudut
bibirnya. Arya hanya diam, tak berkata sepatah pun. Tapi senyum
itu yang selalu membuat Raina terpesona, seperti medan magnet
menarik seluruh hati dan pikirannya.
Raina menghela napas panjang, menaruh gelas kopinya
yang telah tandas dan mengambil tasnya, sesaat menatap
kembali laporannya, dan mengusapnya perlahan.
“Pak Asep, Raina pulang duluan ya,” kata Raina ke Pak Asep.
“Hati-hati Mbak,” jawab Pak Asep.
Pak Asep berjalan menuju meja Raina, menatap ke dua
cangkir yang teletak di atas meja itu. Kopi hitam itu masih utuh,
tak tersentuh. Pak Asep menatap ke arah jendela, menghela
napas perlahan, jendela itu masih terbuka. Angin malam
berembus, membawa aroma wangi bunga. Pak Asep segera
menutup jendela itu, dan segera merapikan cangkir-cangkir di
atas meja Raina.
Saat melangkah kea rah luar, Pak Asep berhenti di satu
meja yang dipenuhi rangkaian bunga. Pak Asep setia mengganti
air di vas untuk menjaga kesegaran bunga-bunga itu.
Dia mengambil seikat rangkaian bunga mawar di atas meja
yang baru datang siang ini, belum sempat dia memberinya vas.
Ada kartu di sana, Pak Asep membukanya perlahan, tulisan dari
florist terlihat rapi:
88 Kumpulan Cerpen