Page 88 - 20201219 - Tempo - Korupsi Bansos Kubu Banteng
P. 88
12/20/2020 Nasib Petani Tembakau Kian Tak Menentu - Ekonomi dan Bisnis - majalah.tempo.co
Berdasarkan survei mereka ke beberapa sentra perkebunan tembakau di
Indonesia, seperti Temanggung, Rem bang, Magelang, J ember, Pamekasan, dan
Lombok Timur, kondisi petani di lapangan nyaris serupa. "Kesejahteraan petani
tembakau begitu bervariasi," tutur Abdillah Ahsan, salah satu peneliti dalam riset
ini. "Banyak petani yang tidak sukses alias merugi dan ingin beralih (ke tanaman
lain)."
Abdillah mengisahkan, ada petani di Magelang dan Pamekasan yang kapok
menanam tembakau. Pasalnya, mitra pedagang yang semula berjanji memborong
hasil panen mereka ingkar di tengah jalan. "Semula mereka bersepakat
memborong Rp 10 juta. Baru bayar Rp 2 juta sudah kabur," ujamya.
Ihwal sulitnya kondisi petani tembakau saat ini dibenarkan Agus Parmuji. Selain
menjadi Kepala Desa Wonosari, Agus menjabat Ketua Umum Dewan Pimpinan
Nasional Asosiasi Petani Tembakau Indonesia. Menurut dia, selain harus
memperhitungkan kondisi tanah, kualitas benih, dan waktu yang tepat untuk
mulai menanam, kini petani tembakau mesti mempertimbangkan faktor regulasi.
Regulasi teranyar yang sedang menjadi buah bibir para petani tembakau adalah
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 198/PMK.010/2020. Peraturan ini mengatur
kenaikan tarif cukai hasil tembakau, mulai berlaku pada 1 F ebruari 2021. Cukai
hasil tembakau atau cukai rokok akan naik rata-rata 12,5 persen.
Pemerintah berharap kebijakan tersebut bisa membuat harga rokok makin mahal
sehingga jumlah perokok berkurang. "Kenaikan cukai hasil tembakau ini akan
menyebabkan rokok menjadi lebih mahal sehingga makin tidak terbeli," kata
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati dalam keterangannya secara virtual,
Kamis, 10 Desember lalu.
Buat para petani tembakau, kenaikan cukai ini menjadi berita buruk. Tahun
lalu, ketika pemerintah menaikkan cukai rokok sebesar 23 persen, harga jual
tembakau di pasar mendadak sontak anjlok. Harga tembakau rajang kering yang
biasanya laku di kisaran Rp 70 ribu per kilogram merosot menjadi Rp 40 ribu.
Volume pembelian oleh industri rokok pun berkurang drastis, bahkan ada yang
menerapkan sistem kuota.
Menurut Agus, sektor pertanian tembakau memang menyimpan anomali. Pada
komoditas lain, bila harga produk dinaikkan, harga bahan baku ikut naik. Tapi
yang terjadi di pertanian tembakau malah sebaliknya: ketika harga jual produk
naik, harga bahan baku justru jeblok.
Karena itu, wajar jika banyak petani tembakau kini perlahan meninggalkan
komoditas itu. Petani tembakau di Kalisat, Jember, Jawa Timur, termasuk
golongan ini. Edy Purwanto misalnya. Ia bercerita, banyak petani tembakau kini
read ://https _ majalah. tempo.co/?url=https%3A %2F%2Fmajalah. tempo.co%2Fread%2Fekonomi-dan-bisnis%2F162156%2Fnasib-petani-tembaka... 3/4