Page 119 - PROSES & TEKNIK PENYUSUNAN UNDANG-UNDANG
P. 119

PROSES & TEKNIK
                  PENYUSUNAN UNDANG-UNDANG


                                Pasca amandemen ke-empat UUD 1945, Prolegnas semakin
                           diperkuat dan ditegaskan keberadaannya, terutama sejak keluarnya
                           UU No. 10 Tahun 2004, yang mulai berlaku pada tanggal 1 November
                           2004.
                                126
                                UU No. 10  Tahun 2004 saat ini sudah tidak berlaku. Sebagai
                           penggantinya, DPR dan Pemerintah telah menerbitkan UU No. 12 Tahun
                           2011. Adapun UU No. 12 Tahun 2011 tersebut telah diubah dengan UU
                           No. 15 Tahun 2019.
                                DPR selaku koordinator penyusunan Prolegnas, menyusun
                           Prolegnas merupakan tanggung jawab yang besar. Dalam hal ini, peran
                           dan tanggung jawab tersebut mengarah kepada pengembangan DPR
                           sebagai pusat dari pembentukan hukum (law center). Salah satu contoh
                           konkret, yaitu penyusunan Prolegnas Tahun 2010-2014 bersama dengan
                           Pemerintah, karena sejak tahun 2005 tidak dikenal lagi Garis-Garis Besar
                           Haluan Negara (GBHN) dan Program Pembangunan Nasional (Propenas)
                           yang  menjadi  acuan  dalam  penyusunan  Prolegnas.  Beberapa  tujuan
                           Prolegnas yang diharapkan dapat tercapai, antara lain: 127
                           1.   Mempercepat proses pembentukan peraturan perundang-
                                undangan  sebagai bagian  dari pembentukan sistem  hukum
                                nasional;

                           2.   Membentuk peraturan perundang-undangan sebagai landasan dan
                                perekat bidang pembangunan lainnya, serta mengaktualisasikan
                                fungsi  hukum  sebagai  sarana  rekayasa  sosial/pembangunan,
                                instrumen pencegah/penyelesaian sengketa, pengatur perilaku
                                anggota masyarakat dan sarana pengintegrasian bangsa dalam
                                wadah NKRI;

                           3.   Mendukung upaya mewujudkan supremasi hukum, terutama
                                mengganti peraturan perundang-undangan warisan kolonial dan
                                hukum nasional yang sudah tidak sesuai dengan perkembangan
                                masyarakat;
                           4.   Menyempurnakan  peraturan perundang-undangan  yang sudah
                                ada selama ini, namun tidak sesuai dengan tuntutan dan kebutuhan
                                masyarakat; dan
                          126 Baleg DPR, Evaluasi Prolegnas 2005-2009, (Jakarta: Baleg DPR, September, 2009).
                          127  Agung Laksono, Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia Pasca Perubahan Undang-Undang Dasar
                       Negara Republik Indonesia Tahun 1945, Jurnal Majelis, Vol. 1, Jakarta, Setjen MRP RI, Agustus 2009, hlm. 58.


                   102   dpr.go.id
   114   115   116   117   118   119   120   121   122   123   124