Page 120 - PROSES & TEKNIK PENYUSUNAN UNDANG-UNDANG
P. 120

TAHAPAN PENYUSUNAN
                                                                        UNDANG-UNDANG



                           5.   Membentuk peraturan perundang-undangan baru sesuai
                                dengan tuntutan dari, dan memenuhi kebutuhan hukum di dalam
                                masyarakat.

                                Proses pembangunan hukum nasional  yang ditandai oleh
                           pembentukan UU sangat ditunjang oleh sejauh mana penyusunan
                           Prolegnas.  Prolegnas  pertama  kali  digagas  pada  1976  dalam
                           Simposium Pola Perencanaan Hukum dan Perundang-undangan yang
                           diselenggarakan oleh Badan Pembinaan Hukum Nasional (BPHN), dan
                           mulai dilaksanakan pada 1977 dengan diselenggarakannya lokakarya
                           Penyusunan Prolegnas di Manado.
                                                        128
                                Perubahan UUD 1945 berimplikasi luas dan mendasar pada
                           sistem ketatanegaraan Indonesia, yang harus diikuti dengan berbagai
                           perubahan bidang hukum, yang menuntut pula adanya penataan sistem
                           hukum dan kerangka hukum yang melandasinya.

                                Dalam pelaksanaan Prolegnas, supremasi hukum ditempatkan
                           secara strategis sebagai landasan dan perekat bidang pembangunan
                           bidang lainnya serta kehidupan berbangsa dan bernegara dalam
                           bingkai NKRI melalui satu sistem hukum nasional.
                                Hukum sebagai perekat kehidupan berbangsa dan bernegara
                           yang bermakna bahwa dalam NKRI terdapat satu kesatuan sistem
                           hukum nasional Indonesia. Sistem hukum nasional adalah sistem yang
                           menganut asas kenusantaraan yang tetap mengakui keanekaragaman
                           atau heterogenitas hukum hukum adat, hukum Islam, hukum agama
                           lainnya, hukum kontemporer dan hukum barat, serta merumuskan
                           berbagai simpul yang menjadi titik taut fungsional di antara aneka ragam
                           kaidah  yang  ada  melalui  unifikasi  terhadap  hukum-hukum  tertentu,
                           yang dilakukan baik secara parsial maupun dalam bentuk kodifikasi.
                                Berdasarkan Pasal 20 dan Pasal 22A UUD NRI Tahun 1945, DPR
                           menjadi pemegang kekuasaan pembentukan UU, Pasal 20 UUD NRI
                           Tahun 1945 merumuskan:

                           (1)   DPR memegang kekuasaan membentuk UU.
                           (2)   Setiap RUU dibahas oleh DPR dan Presiden untuk mendapat tujuan
                                bersama.
                          128 Op. cit., Baleg DPR.



                                                                                  103
                                                                         dpr.go.id
   115   116   117   118   119   120   121   122   123   124   125