Page 90 - BUKU ANTOLOGI PROBLEMATIK RANAH PEMBANGUNAN SISTEM EKONOMI DAN HUKUM DI NEGARA REPUBLIK INDONESIA
P. 90

ANTOLOGI PROBLEMATIK
              RANAH  PEMBANGUNAN
              SISTEM EKONOMI DAN HUKUM
              DI NEGARA REPUBLIK INDONESIA
              DR. H. R. ACHMAD DIMYATI
              NATAKUSUMAH, S.H., M.H., M.SI

                         telah bergeser ke arah usaha bersama sebagai modal
                         (materil dan finansial) utamanya.
                    6)   Modal pengelolaan koperasi pun berasal dari anggota,
                         bukanlah dari non-anggota (pihak asing). “Jadi kalau
                         ada pemodal dari luar tentunya keuntungan bukan
                         lagi milik anggota, malah menjadi milik pemodal
                    7)   Mahkamah  UU  Perkoperasian  mengutamakan
                         skema permodalan materiil dan finansial  yang
                         mengesampingkan modal sosial yang justru menjadi
                         ciri fundamental koperasi sebagai suatu entitas khas
                         pelaku ekonomi berdasarkan UUD 1945. Karenanya,
                         filosofi UU Perkoperasian baru ternyata tidak sesuai
                         dengan hakikat susunan perekonomian sebagai
                         usaha bersama dan berdasarkan asas kekeluargaan
                         yang termuat dalam Pasal 33 ayat (1) UUD 1945.
                         ”Pengertian koperasi itu ternyata telah dielaborasi
                         dalam pasal-pasal lain dalam UU Perkoperasian,
                         sehingga mereduksi atau bahkan menegasikan
                         hak dan kewajiban anggota dengan menjadikan
                         kewenangan  pengawas terlalu luas. Akibatnya,
                         menurut Mahkamah, koperasi menjadi sama dan
                         tidak berbeda dengan perseroan terbatas. Koperasi
                         menjadi kehilangan roh konstitusionalnya sebagai
                         entitas pelaku ekonomi khas bangsa yang berfilosofi
                         gotong royong.
                    Untuk menghindari terjadinya kekosongan hukum maka
              sementara  waktu menunggu Undang-Undang  yang baru
              diberlakukan kembali Undang-Undang No 25  Tahun 1992
              Tentang Perkoperasian (selanjutnya disebut UU Perkoperasian



                                         84
   85   86   87   88   89   90   91   92   93   94   95