Page 204 - BUKU DUA - UPAYA MENYATUKAN KEMBALI REPUBLIK INDONESIA 1950-1960
P. 204

PARLEMEN D ALAM PER ALIHAN
                                                                       DEWAN PER WAKILAN R AKYAT  1952 – 1954



                                                   menunjukkan kekuatannya dalam memobilisasi massa.   203
                                                         Pembubaran DPR adalah salah satu isu di dalam Peristiwa 17
                                                   Oktober 1952. Di dalam situasi kebingungan dan adanya guncangan
                                                   komando berikutnya, parlemen secara jelas dapat menegaskan kembali
                                                   prinsip kontrol sipil atas militer; tetapi ketika ekstremisme partisan
                                                   meningkat dan ekonomi berubah dari buruk menjadi lebih buruk,
                                                   sejumlah komandan tentara regional mengidentifikasi diri mereka
                                                   dengan gerakan di provinsi-provinsi untuk otonomi daerah yang lebih
                                                   besar. 204
                                                          Hal ini terjadi karena adanya tantangan bagi para politisi untuk
                                                   segera melaksanakan pemilihan umum di dalam jangka waktu yang
                                                   singkat. Kemudian di bulan April tahun 1953, pengesahan undang-
                                                   undang terkait pemilihan umum akhirnya menemui titik terang.
                                                   Pemilihan anggota DPR ditetapkan pada bulan September 1955 dan
                                                   pemilihan untuk anggota Majelis Konstituante direncanakan pada bulan
                                                   Desember 1955.  (Lampiran 1) Di dalam hal ini, Majelis Konstituante
                                                                  205
                                                   memiliki tugas untuk merancang suatu undang-undang dasar.
                         Hal ini terjadi                 Para politisi yang menduduki jabatan penting pada saat itu

                       karena adanya               kemudian mulai mencari suara dengan membangun dukungan massa.
                tantangan bagi para                Di antara beberapa usaha yang dilakukan adalah dengan menggunakan

                politisi untuk segera              daya tarik ideologis yang berdampak di tataran akar rumput di
                                                   pedesaan. Terdapat ketegangan karena adanya perbedaan ideologis
                        melaksanakan               dari partai-partai yang diusung. Ketegangan tersebut sangatlah

                pemilihan umum di                  terlihat secara eksplisit di kalangan petani-petani di pedesaan. Sebgai
                dalam jangka waktu                 contoh, teradapat aktivis partai Islam yang menghendaki negara

                         yang singkat.             Indonesia sebagai negara yang memiliki landasan hukum Islam di dalam
                                                   kehidupan berbangsa dan bernegara. Kemudian teradapat partai-
                                                   partai sekuler, termasuk PNI dan PKI, yang berusaha mengaitkan
                                                   gagasan partai-partai politik bercorak Islam seperti Masyumi dan Darul
                                                   Islam, sebagai partai yang menggagas Pancasila sebagai slogan anti-
                                                   Islam. Hal ini jauh berbeda dengan apa yang ditawarkan oleh Sukarno,
                                                   bahwa Pancasila adalah falsasah dasar negara yang berupaya untuk
                                                   mengayomi seluruh masyarakatnya.
                                                         Di dalam periode dua tahun setelah adanya penetapan tanggal
                                                   pemilihan umum secara resmi, kekacauan terus terjadi. Selama dua
                                                   tahun tersebut, terdapat kekacauan politik dan kekerasan yang
                                                   jumlahnya semakin hari semakin tinggi. Masyarakat luas berharap
                                                   203 Ibid., h. 242.
                                                   204 Justus Van der Kroef, (1960), op. cit., h. 231.
                                                   205 Ibid., h. 512. (Lihat juga lampiran 1. UU No. 7 Tahun 1953 tentang UU No. 7 Tahun 1953 Pemilihan
                                                      Anggota Konstituante dan Anggota DPR)




                           SEJARAH DEWAN PERWAKILAN RAKYAT   203
                             REPUBLIK INDONESIA 1918 – 2018




         02 B BUKU 100 DPR BAB 4 CETAK.indd   203                                                                  11/19/19   10:48 AM
   199   200   201   202   203   204   205   206   207   208   209