Page 211 - BUKU DUA - UPAYA MENYATUKAN KEMBALI REPUBLIK INDONESIA 1950-1960
P. 211

PARLEMEN B AR U-HAR APAN B AR U
                                                                                PARLEMEN INDONE SIA  1955 - 1957



                                                   dikeluarkannya Dekrit Presiden (5 Juli 1959) Indonesia menggunakan
                                                   UUD 1945 sebagai konstitusinya, dan hal ini berdampak pada posisi
                                                   DPR yang dipilih dalam pemilu yang menggunakan UUDS 1950
                                                   sebagai payung hukumnya.  Namun demikian dengan menggunakan
                                                   Penpres No 1 tahun 1959 yang diterbitkan pada 22 Juli 1959 DPR tetap
                                                   menjalankan aktivitasnya.  DPR ‘dibubarkan’ oleh Presiden Soekarno
                                                   melalui Penpres No 3 tahun 1960 yang dikeluarkan pada tanggal 5
                                                   Maret 1960, pasca penolakan DPR atas RAPBN yang diajukan oleh
                                                   Presiden Soekarno. Sebagai gantinya  Presiden Soekarno kemudian
                                                   mengangkat DPR Gotong Royong (DPR-GR) yang para anggotanya
                                                   ditunjuk dan diangkat oleh presiden. Peristiwa itu sekaligus periode
                                                   demokrasi parlementer.
                                                         Pemilu pertama dibayang-banyangi dengan kondisi republik
                                                   yang tidak stabil khususnya dengan berbagai gangguan keamanan yang
                      Pemilu pertama               ditimbulkan oleh munculnya kelompok-kelompok separatis bersenjata.

                 dibayang-banyangi                 Kelompok-kelompok bersenjata ini menyebar terror dan ketakutan di
                      dengan kondisi               masyarakat serta berusaha mendelegitimasi kekuasaan pemerintah
                                                   pusat.  Selain itu kondisi diperparah dengan terjadinya perpecahan di
                  republik yang tidak              kalangan militer.  Gangguan keamanan ini juga disusupi oleh kekuatan
                     stabil khususnya              asing yang mendukung upaya mereka menggerogoti kekuasaan pusat.

                    dengan berbagai                Dalam kondisi seperti ini pemerintah mengambil sikap tegas, dengan
              gangguan keamanan                    menyatakan sikap tidak berkompromi dan berunding dengan para
                                                   pemberontak.
                    yang ditimbulkan                     Sementara itu di kalangan partai-partai utama, yakni Masjumi,
                     oleh munculnya                PNI, NU, dan PKI juga terjadi pergesekan yang keras dalam upaya

               kelompok-kelompok                   mereka mempengaruhi opini publik dan mengakses kekuasaan.  Koalisi
                separatis bersenjata.              dan perseteruan antara kelompok-kelompok Partai yang berubah-
                                                   ubah, polemik yang sengit antar-partai terlihat jelas mewarnai masa-
                                                   masa menjelang pemilu.
                                                         Kondisi diatas yang melatarbelakangi pesimisme masyarakat
                                                   internasional bahwa pemilu di Indonesia bisa terlaksana dengan baik.
                                                   Kegagalan pemilu bisa mendiskreditkan pemerintah Indonesia dan
                                                   bisa semakin menjerumuskan bangsa ini kedalam perpecahan dan
                                                   disintegrasi bangsa.  Kalangan Barat yang dimotori oleh Pers Belanda
                                                   meyakini bahwa pemilu di Indonesia tidak akan berhasil dan akan
                                                   meninmbulkan berbagai gangguan yang berdampak negatif terhadap
                                                   Indonesia.  Sikap ini sengaja dikembangkan oleh Belanda yang memiliki
                                                   interes tersendiri terkait beberapa wilayah Indonesia yang masih
                                                   dikuasainya.





                           SEJARAH DEWAN PERWAKILAN RAKYAT   211
                             REPUBLIK INDONESIA 1918 – 2018




         02 B BUKU 100 DPR BAB 5 CETAK.indd   211                                                                  11/19/19   1:10 PM
   206   207   208   209   210   211   212   213   214   215   216