Page 213 - BUKU DUA - UPAYA MENYATUKAN KEMBALI REPUBLIK INDONESIA 1950-1960
P. 213

PARLEMEN B AR U-HAR APAN B AR U
                                                                                PARLEMEN INDONE SIA  1955 - 1957



                                                         Dalam era demokrasi parlementer peran Parlemen sangatlah
                                                   sentral dalam menjaga ‘benang merah’ visi dan misi negara.  Hal ini
                                                   mengingat pemerintah yang kurang stabil karena seringkali jatuh
                                                   bangun Kabinet karena tidak mendapat kepercayaan dari rakyat.
                                                   Sebagai contoh, dalam 5 tahun era DPR Sementara/DPRS (Agustus
                                                   1950 – Maret 1956) telah terjadi 5 kali perubahan pemerintahan
                                                   (Kabinet), dan dalam masa tugas DPR hasil pemilu (1955) terjadi
                                                   sedikitnya 3 kali perubahan kabinet.  Hal ini membuat pemerintah tidak
                                                   bisa menjalankan program-program dan kebijakannya dengan tuntas.
                                                   Namun justru peran DPR lah yang berfungsi sebagai penyambung
                                                   dan perekat kebijakan-kebijakan yang disusun oleh pemerintah-
                                                   pemerintah yang datang dan pergi.
                                                         Berikut ini adalah beberapa peran yang terlihat dan mencolok
                                                   sebagaimana yang terlihat dari berbagai media pada tahun-tahun 1955
                             Dalam era             hingga tahun 1960 mengenai kinerja parlemen dalam mengimbangi

                             demokrasi             dan mengkritisi pemerintah: (1) menyuarakan sikap Indonesia dalam
                                                   atas isu-isu nasional internasional, misalnya masalah Irian Barat,
                  parlementer peran                intervensi asing dalam berbagai pemberontakan di daerah-daerah.
                 Parlemen sangatlah                (2) mengecam keterlibatan asing dalam pemberontakan daerah yang

                         sentral dalam             disinyalir melibatkan beberapa negara seperti:Philipina (pasokan
                                                   senjata-senjata), Taiwan (pelarangan organisasi Kuomintang di
                    menjaga ‘benang                Indonesia), Singapora (penyelundupan-penyelundupan) dan AS (Sikap
                 merah’ visi dan misi              resmi AS mendukung pemberontak).  (3) Mendukung paya nasionalisasi
                                 negara.           perusahaan-perusahaan Belanda, (4) mendorong penetrasi produk-
                                                   produk Indonesia di pasar Eropa, (5) mendorong proses pembayaran
                                                   pampasan perang untuk kepentingan pelayaran dan perdagangan
                                                   RI.  Selain itu tak kalah penting adalah (6) mendukung tindak lanjut
                                                   penyelenggaraan Konferensi Asia – Afrika khususnya dalam kaitan
                                                   dengan (7) perjuangan pembebasan Irian Barat.
                                                         Dalam bulan januari 1955, dalam rangka untuk menghadapi
                                                   situasi keamanan di daerah-daerah, Pemerintah menyelenggarakan
                                                   Konferensi Keamanan yang melibatkan para kepala-kepala daerah dan
                                                   petinggi-petinggi militer di daerah. Hal ini mengingat meningkatnya
                                                   masalah keamanan terkait berbagai gerakan karena ada gerombolan-
                                                   gerombolan bersenjata seperti DI (Darul Islam) di Jawa Barat, gerakan
                                                   Daud Beureuh dan gerakan-gerakan yang mengarah separatis lainnya.
                                                   Konferensi yang diselenggarakan 13-15 Januari 1955 itu ditujukan untuk
                                                   memahami persoalan-persoalan di daerah masing-masing hingga tiap
                                                   daerah dapat pula mengetahui keadaan keamanan di seluruh wilayah
                                                   Indonesia. 213

                                                   213  Bintang Timur, 12 Januari 1955.




                           SEJARAH DEWAN PERWAKILAN RAKYAT   213
                             REPUBLIK INDONESIA 1918 – 2018




         02 B BUKU 100 DPR BAB 5 CETAK.indd   213                                                                  11/19/19   1:10 PM
   208   209   210   211   212   213   214   215   216   217   218