Page 75 - BUKU DUA - UPAYA MENYATUKAN KEMBALI REPUBLIK INDONESIA 1950-1960
P. 75

SEABAD RAKYAT INDONESIA
                  BERPARLEMEN



                                                   yang dibangun oleh masing-masing. Pada kepemimpinan Natsir,
                                                   hubungan Masyumi erat dengan Partai Sosialis Indonesia (PSI) yang
                                                   dipimpin oleh kalangan Non-Jawa. Sementara pada kepemimpinan
                                                   Sukiman membangun hubungan dengan PNI yang meraih suara besar
                                                   di Jawa. Persaingan diantara kedua tokoh ini serta kecaman yang
                                                   muncul dari kalangan internal partai pasca KMB terhadap Sukiman
                                                   sempat membuat Sukiman memutuskan untuk mengundurkan diri
                                                   dari Masyumi, namun dicegah oleh para pendukungnya.
                                                         Pembentukan kabinet sendiri oleh Natsir yang ditunjuk sebagai
                                                   formatur kabinet tidak berjalan mudah. Pada awal pembentukannya,
                                                   Natsir membutuhkan sekurangnya dukungan dari 150 anggota DPRS,
                                                   termasuk dari partai-partai kecil seperti Parkindo, Partai Katholik, dan
                                                   Partai Buruh.  Selain itu, dukungan dari PNI sebagai partai dengan
                                                                84
                                                   anggota terbanyak kedua setelah Masyumi di DPRS juga dibutuhkan
                                                   untuk memperkuat kedudukan kabinet. Sebagaimana dikatakan Natsir,
                                                   akan dibentuk sebuah zaken kabinet  jika PNI memutuskan untuk tidak
                                                                                    85
                                                   bergabung ke dalam kabinet Natsir.  Pendapat lain dikemukakan Isa
                                                                                    86
                                                   Anshary yang mengatakan kekhawatirannya jika kabinet tersebut tanpa
                                                   dukungan kuat dari parlemen akan mengakibatkan jatuhnya kabinet
                                                   tidak lama setelah terbentuk.
                                                                              87
                                                         Negosiasi posisi dalam kabinet antara Natsir dengan PNI berjalan
                                                   alot. Sulit bagi kedua belah pihak menemukan kata sepakat terkait
                                                   posisi dari wakil masing-masing partai. Natsir, sebagai pihak yang
                                                   ditunjuk Sukarno untuk membentuk kabinet, menginginkan jumlah
                                                   kursi Masyumi lebih banyak daripada partai lain. Hal ini didasari pada
                                                   kenyataan bahwa Masyumi adalah kekuatan terbesar di dalam DPRS.
                                                   Natsir menginginkan agar Masyumi mendapatkan 6 kursi kabinet, yakni
                                                   Perdana Menteri, Menteri Dalam Negeri, Menteri Pendidikan, Menteri
                                                   Agama, Menteri Keuangan, dan Menteri Pertahanan, sementara PNI
                                                   yang merupakan kekuatan terbesar kedua di DPRS mendapatkan posisi
                         Pembentukan               Menteri Luar Negeri, Menteri Penerangan, Menteri Pekerjaan Umum,
                 kabinet sendiri oleh              dan Menteri Perburuhan.  Hal ini ditolak oleh PNI yang menginginkan
                                                                          88
                Natsir yang ditunjuk               posisi Menteri Dalam Negeri dan Menteri Pengajaran.
                                                         Sulitnya menemukan titik temu diantara Masyumi dan PNI
                     sebagai formatur              mengakibatkan Sukarno berupaya menengahi kedua partai, meski

                          kabinet tidak            upaya tersebut tidak terlalu berhasil. Sulitnya lobi Natsir terhadap PNI
                      berjalan mudah.              84  Harian Merdeka, ‘Kemungkinan Formatur Bentuk Kabinet Diluar PNI’, 1 September 1950,
                                                   85  Zaken kabinet adalah sebuah kabinet yang diisi oleh kalangan ahli tanpa melihat latar belakang
                                                      partai dari anggota kabinet tersebut
                                                   86  Harian Merdeka, ‘Akan Dibentuk Zaken Kabinet’, tanggal 2 September 1950
                                                   87  Harian Merdeka, ‘Interview M. Isa Anshary’, 2 September 1950
                                                   88  Herbert Feith, opcit, hal 148



                                       dpr.go.id   72





         02 B BUKU 100 DPR BAB 3 CETAK.indd   72                                                                   11/19/19   1:14 PM
   70   71   72   73   74   75   76   77   78   79   80