Page 164 - BUKU KATA FADLI CATATAN KRITIS DARI SENAYAN
P. 164

DALAM JERATAN   BAB VII
                                                                           UTANG




                      Selama  ini  pemerintah  selalu  berdalih  jika  rasio  utang  kita  masih
                 dalam batas aman, karena masih di bawah angka 60 persen terhadap
                 PDB sebagaimana yang dipatok UU. Menteri Keuangan, misalnya, pernah
                 membandingkan rasio utang kita saat ini dengan tahun 2004, saat rasio
                 utang kita mencapai 50 persen terhadap PDB.
                      Selain  itu,  pemerintah  juga  selalu  membandingkan  rasio  utang
                 kita yang masih lebih kecil jika dibandingkan dengan Malaysia yang
                 mencapai 56,22 persen PDB, Amerika Serikat yang mencapai 107 persen
                 PDB, ataupun Jepang yang bahkan mencapai 239,27 persen PDB. Menurut
                 saya, pembandingan semacam itu keliru, karena tidak memperhatikan
                 kemampuan bayar yang berbeda-beda dari negara-negara tadi.
                      Setiap negara memang berbeda kasusnya. Belajar dari krisis utang
                 Eropa, rasio utang sebenarnya bukan merupakan indikator yang pas untuk
                 mengukur kemampuan sebenarnya dari perekonomian sebuah negara.
                 Belgia dan Italia, misalnya, rasio utangnya terhadap PDB di atas 100 persen,
                 namun mereka tidak menjadi pasien IMF. Sebaliknya, Irlandia dan Spanyol
                 rasio utangnya 40 persen terhadap PDB, tapi keduanya jadi pasien IMF.
                      Begitu  juga  dengan  Thailand,  misalnya.  Rasio  utang  Thailand
                 memang tinggi, tetapi di sisi lain rasio pajak mereka jauh lebih tinggi jika
                 dibandingkan Indonesia. Sehingga, kemampuan bayar mereka terhadap
                 utang juga lebih tinggi dari kita. Begitu juga dengan Jepang. Meski rasio
                 utang mereka sangat tinggi, namun rasio tersebut sangat aman karena
                 lebih dari 90 persen utang tersebut berasal dari dalam negeri. Apalagi,
                 sebagian besar surat utang pemerintah dipegang oleh Bank Sentral Jepang
                 sendiri.
                      Situasi tersebut tentu saja berbeda dengan struktur perekonomian
                 yang kita hadapi. Surat berharga negara kita, misalnya, 37 persen dikuasai
                 asing.  Selain  itu,  pertumbuhan  ekonomi  kita  juga  lebih  dari  50  persen
                 ditopang  oleh  konsumsi.  Padahal,  negara-negara  yang  rasio  utangnya
                 tinggi tadi pertumbuhan ekonominya ditopang oleh sektor produksi dan
                 ekspor. Jadi, kondisi strukturalnya berbeda. Rasio utang kita yang lebih
                 kecil tak menggambarkan perekonomian yang lebih hebat atau sejenisnya,
                 sehingga kita harus berhati-hati.

                      Itu sebabnya, agresivitas pemerintah dalam berutang harus dikontrol.



                                                                  CATATAN-CATATAN KRITIS  159
                                                                         DARI SENAYAN
   159   160   161   162   163   164   165   166   167   168   169