Page 165 - BUKU KATA FADLI CATATAN KRITIS DARI SENAYAN
P. 165
Dr. Fadli Zon, M.Sc
Sebagai gambaran, pertumbuhan ekonomi kita selama pemerintahan
Presiden Jokowi hanya sekitar 5 persen, namun pertumbuhan utangnya
mencapai 13 hingga 14 persen per tahun.
Pada 2014, posisi utang kita masih di angka Rp2.604,93 triliun. Akhir
2017, jumlah utang kita telah berada di angka Rp3.928,7 triliun. Jadi, selama
tiga tahun pemerintahan Pak Jokowi, utang kita telah bertambah Rp1.324
triliun. Jika dihitung dengan nilai PDB Indonesia sebesar Rp12.407 triliun,
maka rasio utang pemerintah pusat hingga November 2017 ini sekitar 28,9
persen dari PDB.
Sebagai pembanding, selama dua periode berkuasa, pemerintahan
Pak SBY hanya menambah utang sebesar Rp1.400 triliun. Selain itu,
pemerintahan SBY juga berhasil menurunkan angka rasio utang terhadap
PDB dari 57 persen pada 2004 menjadi tinggal 25 persen pada 2014. Ini
berbeda dengan catatan utang pemerintahan Jokowi, yang selama 3 tahun
memimpin, rasio utang pemerintah justru meningkat dari angka 25 persen
menjadi 28,9 persen.
Menurut saya, pemerintah harus mengurangi agresivitas dalam
berutang. Ukuran yang sehat untuk menilai normalitas utang bukanlah
rasionya terhadap PDB, tapi bagaimana kemampuan bayar kita, serta apa
dampak utang bagi perbaikan kesejahteraan masyarakat.
Kemampuan kita membayar utang bisa dilihat dari angka
keseimbangan primer. Dalam buku teks ekonomi, keseimbangan primer
adalah jumlah pendapatan negara dikurangi jumlah pengeluaran negara
di luar pembayaran cicilan utang. Jika keseimbangan primer negatif,
bisa dipastikan bahwa pemerintah harus membayar cicilan utang
dengan menarik utang baru. Sepanjang tiga tahun pemerintahan Jokowi,
keseimbangan primer kita selalu defisit. Padahal, pada periode 2004
hingga 2011, keseimbangan primer kita sebenarnya selalu surplus.
Selain mengabaikan kemampuan bayar, pemerintah juga sepertinya
mengabaikan soal waktu jatuh tempo (debt maturity) yang sebenarnya
makin menekan kita. Pada tahun 2015, pembayaran kewajiban utang
Pemerintah mencapai Rp155 triliun. Pada 2016 dan 2017, angkanya berubaha
menjadi 191,2 triliun dan Rp219 triliun. Menurut Kementerian Keuangan,
pada 2018 utang jatuh tempo kita mencapai Rp390 triliun, dan pada tahun
160 KATA FADLI