Page 168 - BUKU KATA FADLI CATATAN KRITIS DARI SENAYAN
P. 168

DALAM JERATAN   BAB VII
                                                                           UTANG




                 persen aset. Ini sudah lampu merah sebenarnya. Celakanya, dalam kondisi
                 semacam itu, Kementerian BUMN masih menargetkan untuk menambah
                 utang hingga Rp5.253 triliun sepanjang tahun ini.
                      Coba Anda bayangkan, dalam tiga tahun terakhir sejak 2014, semua
                 BUMN karya kita utangnya naik di atas 100 persen, bahkan ada yang lebih
                 dari 600 persen. Ini kekeliruan kebijakan. PT Waskita Karya Tbk., misalnya,
                 utangnya meroket hingga 669 persen. Meskipun tak sampai meroket,
                 PT Wijaya Karya Tbk lonjakan utangnya mencapai 181 persen, PT Adhi
                 Karya Tbk utangnya naik 155 persen, dan PT Pembangunan Perumahan
                 Tbk utangnya naik 125 persen. Dari sudut pandang manapun, kenaikan
                 tersebut sangat tidak sehat.
                      Tidak heran, Standard & Poor’s Global Ratings telah memberi kartu
                 kuning bagi BUMN kita. Neraca BUMN kita memang terus memburuk
                 sesudah terlibat dalam berbagai proyek infrastruktur pemerintah. BUMN,
                 terutama yang berada di sektor kelistrikan dan konstruksi, telah mencetak
                 utang yang sangat besar. Hal ini telah menyebabkan neraca perseroan jadi
                 berdarah-darah.
                      Akibat perencanaan pemerintah yang ceroboh, kita saat ini telah
                 masuk dalam jebakan utang yang sangat berbahaya. Masyarakat tak boleh
                 lupa, seluruh krisis ekonomi yang pernah terjadi selalu terkait dengan
                 utang. Krisis pada tahun 1997-1998, misalnya, terjadi akibat akumulasi
                 utang yang terjadi pasca-liberalisasi sektor keuangan pada dekade 1980-
                 an. Begitu juga dengan krisis utang di Amerika Latin pada dekade 1980-
                 an, disebabkan oleh ekspansi fiskal dan akumulasi utang pemerintah yang
                 berlebihan.
                      Bagaimana  pemerintah  akan  mengatasi  krisis  utang  BUMN  ini?
                 Dengan PMN (Penyertaan Modal Negara)!? Dari mana pemerintah
                 mendapatkan uang untuk memberikan PMN? Dari menambah utang
                 pemerintah!? Ini kan jadi seperti lingkaran setan, karena ujung-ujungnya
                 tetap kembali ke APBN. Itu sebabnya, saat Presiden dulu mengklaim bahwa
                 pembangunan infrastruktur tidak akan membebani APBN, sejak awal
                 saya menganggapnya omong kosong. Cukup jelas semua itu kini sedang
                 mengarah untuk membebani APBN.



                                                          Jakarta, 6 Juni 2018



                                                                  CATATAN-CATATAN KRITIS  163
                                                                         DARI SENAYAN
   163   164   165   166   167   168   169   170   171   172   173