Page 177 - BUKU KATA FADLI CATATAN KRITIS DARI SENAYAN
P. 177
BABAK BELUR BAB VIII
INFRASTRUKTUR
(1)
PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR
JANGAN MEMPERBESAR KETIMPANGAN
KHIR Februari lalu OXFAM Indonesia dan INFID
(International NGO Forum on Indonesia Develop¬ment)
merilis hasil kajiannya, Menuju Indonesia yang Lebih Setara
(2017), yang menyampaikan buruknya ketimpangan ekonomi
Adi Indonesia. Indonesia menjadi salah satu dari lima negara
yang indeks ketimpangannya melonjak tajam dalam satu dekade terakhir,
sesudah Malaysia, Cina, Filipina, dan Thailand. Laporan itu mengingatkan
kita pada laporan Bank Dunia, Indonesia’s Rising Divide, yang dirilis akhir
2015 silam.
Berbeda dengan klaim pertumbuhan ekonomi yang selalu
didengung-dengungkan pemerintah dalam berbagai forum, laporan
Bank Dunia, Oxfam Indonesia dan INFID itu dengan jelas menunjukkan
jika pertumbuhan ekonomi kita sebenarnya tidak berkualitas. Meski sejak
awal milenium lalu pertumbuhan ekonomi kita relatif stabil di angka 5-6,
namun laju penurunan angka kemiskinan berjalan sangat lambat. Merujuk
data Bank Dunia, sebanyak 93 juta penduduk Indonesia masih tetap hidup
dalam garis kemiskinan.
Artinya, kue pertumbuhan ekonomi sebenarnya tidak terdistribusi
ke sebagian besar masyarakat, melainkan hanya terkonsentrasi di
segelintir elite. Selama satu dasawarsa terakhir, pertumbuhan ekonomi
tercatat hanya menguntungkan 20 persen warga terkaya, sementara
80 persen lainnya—sekitar 205 juta orang—tetap tertinggal di belakang.
Pertumbuhan pendapatan 10% orang terkaya Indonesia tiga kali lipat lebih
cepat daripada pertumbuhan 40% warga termiskin.
Itu sebabnya, dalam rentang 2013 hingga 2015, angka koefisien gini
kita mencapai 0,41, dan merupakan rekor ketimpangan tertinggi sepanjang
sejarah.
CATATAN-CATATAN KRITIS 175
DARI SENAYAN