Page 298 - BUKU KATA FADLI CATATAN KRITIS DARI SENAYAN
P. 298

AGRARIA
                                                                      & PERHUTANAN   BAB XIII
                                                                           SOSIA



                                                (3)

                              TAK ADA KEDAULATAN PETANI
                                TANPA REFORMA AGRARIA





                            ARI  ini, Kamis, 27 April 2017, sebagai Ketua Umum Dewan
                            Pimpinan Nasional HKTI (Himpunan Kerukunan Tani
                            Indonesia), saya memimpin syukuran Hari Ulang Tahun HKTI
                            ke-44 di Gedung HKTI, Ragunan, Jakarta. Organisasi petani
               Hyang merupakan hasil fusi dari empat belas organisasi tani
                 ini didirikan pada 27 April 1973. Di usianya yang ke-44, HKTI telah menjadi
                 organisasi tani tertua di Indonesia.
                      Dalam acara syukuran hadir Ketua Dewan Penasehat, Dr. Jafar
                 Hafsah, Ketua Umum KTNA Ir. Winarno Tohir, Wakil Ketua Dewan Pembina
                 Dr. Rachmat Pambudy, dan para pengurus DPN HKTI lainnya.
                      Tema HUT HKTI kali ini adalah “Daulat Pangan, Daulat Petani”.
                 Dalam pandangan HKTI, kita memang hanya bisa mencapai kedaulatan
                 pangan melalui kedaulatan petani.
                      Supaya petani berdaulat, pemilikan lahan menjadi isu penting. Jika
                 dalam tiga tahun terakhir kita membaca memburuknya angka ketimpangan
                 ekonomi, sebagian disumbangkan oleh ketimpangan kepemilikan lahan
                 tersebut.  Menurut laporan Bank Dunia,  faktor penyebab  ketimpangan
                 ekonomi yang makin melebar di Indonesia saat ini, selain disebabkan
                 oleh korupsi, tak meratanya penguasaan aset uang dan properti, serta
                 kesenjangan  upah  antara  sektor  pertanian  dan  non-pertanian,  juga
                 disebabkan oleh ketimpangan kepemilikan lahan.
                      Indeks gini kita saat ini mencapai 0,39, yang merupakan indikator
                 ketimpangan ekonomi paling buruk yang pernah terjadi di tanah air. Dan
                 ketimpangan tersebut sebanding dengan ketimpangan kepemilikan lahan,
                 yang menurut Sensus Pertanian 2013, indeksnya mencapai 0,72. Artinya,
                 struktur kepemilikan lahan di Indonesia sangat timpang sekali.
                      Sensus Pertanian 2013 menunjukkan jika telah terjadi konsentrasi




                                                                  CATATAN-CATATAN KRITIS  307
                                                                         DARI SENAYAN
   293   294   295   296   297   298   299   300   301   302   303