Page 385 - BUKU KATA FADLI CATATAN KRITIS DARI SENAYAN
P. 385

PANCASILA  BAB XVII
                                                                     & KEBANGSAAN




                 punggawa UKP-PIP, atau yang kini telah menjadi BPIP, seharusnya
                 menyadari bahwa Pancasila adalah instrumen kebangsaan dan bukannya
                 instrumen kekuasaan pemerintah. Itu sebabnya mereka secara profesional
                 harus bisa menjaga diri dan jarak terhadap pemerintahan yang sedang
                 berkuasa, agar lembaga BPIP tidak dikesankan hanya menjadi alat
                 penampung bagi bekas tim sukses dan para pendukung pemerintah,
                 seperti lembaga yang dibentuk Presiden lainnya.
                      Yudi saya kira berhasil melewati ujian itu dengan baik. Sayangnya,
                 koleganya yang lain tidak demikian. Dan itu tidak bagus bagi kampanye
                 pembudayaan Pancasila ke depannya.
                      Kita  perlu  banyak  belajar  dari  masa  lalu.  Jangan  sampai  cara
                 pemerintah mengelola dan melembagakan wacana Pancasila malah
                 merugikan proses pengakaran Pancasila itu sendiri. Bukan zamannya
                 lagi  pembudayaan  Pancasila  dilakukan  secara  top-down,  menjadikan
                 masyarakat sebagai obyek untuk ‘di-Pancasila-kan’.
                      Jikapun lembaga semacam BPIP perlu ada, maka fungsinya
                 seharusnya bersifat internal saja, yaitu untuk membantu Presiden dalam
                 menjaga  dan  mengevaluasi  agenda  pemerintah,  apakah  sudah  sesuai
                 dengan Pancasila atau belum. Dengan begitu BPIP tidak akan mengulang
                 kembali kesalahan BP-7, yang ingin mem-Pancasila-kan masyarakat seolah
                 pemerintah adalah pihak yang paling tahu, paling sahih, dan menjadi
                 pemilik kebenaran tunggal atas tafsir Pancasila.
                      Jadi, mundurnya Yudi Latif sebagai Kepala BPIP, serta kian meluasnya
                 pandangan negatif akibat isu hak keuangan BPIP yang dinilai memboroskan
                 anggaran, seharusnya sudah cukup dijadikan bahan oleh Presiden untuk
                 meninjau kembali keberadaan lembaga tersebut.

                      Atau, jika Presiden benar-benar punya komitmen untuk
                 pembudayaan dan pengakaran Pancasila dan tidak hendak mengkooptasi
                 agenda tersebut, maka lembaga semacam BPIP perlu dibentuk oleh
                 undang-undang,  agar  posisinya  kuat  dan  tidak  tergantung  kepada
                 rezim yang berkuasa. Itu artinya Presiden perlu melibatkan DPR dan
                 pemangku kepentingan yang lebih luas untuk membahas, merancang, dan
                 mendefinisikan kembali lembaga semacam itu.



                                                          Jakarta, 9 Juni 2018



                                                                  CATATAN-CATATAN KRITIS  403
                                                                         DARI SENAYAN
   380   381   382   383   384   385   386   387   388   389   390