Page 393 - BUKU KATA FADLI CATATAN KRITIS DARI SENAYAN
P. 393

MENIMBANG   BAB XVIII
                                                                         SEJARAH




                 yang diwakili kelahiran Perhimpunan Indonesia, PNI, dan sebagainya.
                      Jadi, nasionalisme Indonesia merupakan hasil pertemuan sekaligus
                 bentuk evolusi lebih lanjut dari etno-nasionalisme dan yang didasarkan
                 agama. Karena itu, jika pada hari ini kita menengarai ada elemen bangsa
                 yang ingin bergerak ke arah sebaliknya, kembali pada etno-nasionalisme,
                 tentu harus diingatkan, dan bila perlu diperingatkan. Itu seperti menarik
                 mundur sejarah dan mengkhianati perjuangan para pendiri Republik.
                      Di sisi lain, Boedi Oetomo memang pantas dijadikan tonggak
                 penting, karena organisasi ini melakukan kritik terhadap kesenjangan dan
                 ketidakadilan,  meskipun  pemerintah  kolonial  telah  menerapkan  Politik
                 Etis (Ethische Politiek). Pembangunan yang dilakukan oleh pemerintah
                 kolonial dianggap bermasalah, karena sesudah Politik Etis berjalan kurang
                 lebih tujuh tahun, kondisi masyarakat pada kenyataannya tak banyak
                 berubah. Pendidikan mereka tetap rendah, dan apalagi kesejahteraannya.
                 Itu sebabnya mereka kemudian melakukan penggalangan dana untuk
                 memajukan pendidikan kaum Bumiputera.
                      Sehingga,  pelajaran  penting  lainnya,  lahirnya  etno-nasionalisme
                 pada awal abad ke-20, yang kemudian menjadi perlawanan terhadap
                 pemerintah kolonial, terutama didorong oleh merajalelanya ketidakadilan,
                 baik ekonomi, hukum, politik, maupun sosial. Sesudah kita merdeka, hal
                 serupa  juga  pernah  mendorong  lahirnya gerakan  separatisme,  baik  di
                 masa pemerintahan Soekarno maupun di masa Orde Baru. Ini sekaligus
                 mengajarkan kepada kita bahwa nasionalisme memang harus diikat oleh
                 keadilan ekonomi, keadilan politik,  keadilan hukum, dan keadilan sosial.
                 Tanpa keadilan, tak akan ada nasionalisme.
                      Itu sebabnya di Hari Kebangkitan Nasional tahun 2017 ini kita
                 punya dua catatan. Pertama, jangan pernah menarik mundur semangat
                 Kebangkitan Nasional. Kedua, untuk merawat semangat kebangsaan,
                 pemerintah jangan pernah memperjudikan rasa keadilan masyarakat,
                 karena mahal sekali harga yang kita pertaruhkan.



                                                          Jakarta, 20 Mei 2017






                                                                  CATATAN-CATATAN KRITIS  413
                                                                         DARI SENAYAN
   388   389   390   391   392   393   394   395   396   397   398