Page 395 - BUKU KATA FADLI CATATAN KRITIS DARI SENAYAN
P. 395
MENIMBANG BAB XVIII
SEJARAH
masing-masing.
Dialog dan kerja sama inilah yang langka kita temui hari ini. Pada
hari ini kita lebih suka mengeksploitasi perbedaan sebagai dalih bagi
pemisahan, bukan sebagai tantangan bagi usaha persatuan. Untuk
mengirimkan pesan bahwa para anak bangsa harus bisa duduk bersama
untuk merawat keindonesiaan, maka pose duduk bersama para pendiri
Republik inilah yang dipilih.
Kenapa patung The Founding Fathers ditempatkan di Sumatera
Barat, bukan di Jakarta, juga untuk lebih mendekatkan sejarah tadi.
Kebetulan, tiga dari empat pendiri Republik kita ini, yaitu Tan Malaka,
Hatta dan Sjahrir, juga berasal dari Sumatera Barat. Tiga tokoh ini bahkan
sering disebut sebagai ‘sumbangan terbesar orang Minang bagi Indonesia’.
Saya berharap, menempatkan empat patung ini di Sumatera Barat akan
memberi kebanggaan bagi orang Minang.
Di Rumah Budaya, empat patung tokoh Republik ini sebenarnya
bukan yang pertama. Sebelum empat patung ini, telah ada patung separuh
badan Tan Malaka, Soekarno, dan juga Hatta. Ini juga bukan patung penuh
badan yang pertama, karena sebelumnya di sini juga telah ada patung
penuh badan Mahatma Gandhi. Bertambahnya koleksi patung ini tentu
akan kian memperkaya koleksi seni yang dimiliki Rumah Budaya.
Sebagai salah satu pusat kebudayaan penting di tanah air, yang
telah melahirkan banyak seniman, sastrawan dan budayawan terkemuka,
saya berharap agar kehadiran Rumah Budaya dengan koleksi-koleksi seni,
pusaka, dan pustaka yang ada di dalamnya, bisa ikut menggairkahkan
kegiatan literasi, seni dan kebudayaan di ranah Minang.
Padang Panjang, 15 Agustus 2017
CATATAN-CATATAN KRITIS 415
DARI SENAYAN