Page 440 - BUKU KATA FADLI CATATAN KRITIS DARI SENAYAN
P. 440
SOSIAL DAN BAB XX
KEBUDAYAAN
seperti jalan di tempat. Karena kita keliru mendefinisikan pendidikan.
Saya kasih satu contoh kasus. Coba bayangkan, pada zaman
kolonial, siswa AMS selama tiga tahun bersekolah mereka minimal
telah menyelesaikan 25 buku sastra. Itu tuntutan pendidikan zaman itu.
Sementara pada 1997, menurut penelitiannya Pak Taufiq Ismail, yang
melakukan penelitian terhadap lulusan SMA di 13 negara, siswa-siswa
SMA kita saat ini tidak harus menamatkan satu judul bacaanpun untuk
bisa lulus.
Sekali lagi coba bayangkan, pada kuartal pertama abad ke-
20, kemampuan membaca siswa-siswa kita tak ada bedanya dengan
kemampuan siswa-siswa di Perancis, Belanda, Jepang, Rusia, atau
Swiss. Kini, kita tidak lagi merisaukan kenyataan siswa-siswa kita tak
lagi membaca sastra, asalkan nilai ujian nasional mereka tinggi. Betapa
buruknya cara kita mendefinisikan persoalan dalam bidang pendidikan.
Standar nilai ujian siswa-siswa kita saat ini boleh saja tinggi, dan
kita bisa saja membuatnya menjadi semakin tinggi lagi. Tapi, masalahnya,
bagaimana jika ukuran kualitas yang sebenarnya tak bisa diukur oleh
nilai-nilai tadi? Inilah yang saya maksud dengan jangan tingkatkan mutu
pendidikan kita dengan cara instan, artifisial, dan salah.
Salah satu kunci untuk meningkatkan kualitas pendidikan adalah
guru. Saya melihat model rekrutmen pemerintah atas para guru ini masih
buruk. Dalam catatan saya, jumlah guru berstatus PNS itu sekitar 1,7 juta.
Sementara guru berstatus honorer sekitar 812 ribu orang. Jadi, sekitar
48 persen tenaga pendidik kita adalah honorer, yang biasanya dibayar
alakadarnya dan itupun sering dirapel. Bagaimana bisa kita meningkatkan
kualitas pendidikan dan pengajaran dengan komposisi dan situasi tenaga
pengajar semacam itu?
Begitu juga dengan kondisi di perguruan tinggi. Daripada
mendatangkan 200 dosen asing yang gajinya bisa sepuluh kali lipat gaji
dosen lokal, jika punya dana pemerintah sebaiknya memberikan insentif
lebih untuk dosen-dosen berprestasi, yang rajin menulis publikasi atau
sejenisnya. Saya kira itu akan lebih menggairahkan iklim akademik di
kampus-kampus kita.
CATATAN-CATATAN KRITIS 465
DARI SENAYAN