Page 480 - BUKU KATA FADLI CATATAN KRITIS DARI SENAYAN
P. 480

CATATAN
                                                                        KEGAGALAN  BAB XXI
                                                                           JOKOWI



                 sekitar 8 indikator penting yang bisa dan biasa digunakan untuk mengukur
                 kinerja ekonomi pemerintah, seperti pertumbuhan ekonomi, tingkat
                 inflasi, nilai tukar Rupiah, cadangan devisa, defisit anggaran, rasio utang
                 pemerintah, tingkat pengangguran, dan tingkat kemiskinan.
                      Jika  kita  menggunakan  target  yang  ditetapkan  oleh  pemerintah
                 sendiri, dari 8 indikator tadi, hampir semuanya tak mencapai target.
                 Hanya satu indikator saja yang targetnya tercapai, yaitu tingkat inflasi.
                 Itupun dengan satu catatan penting: inflasi kita rendah bukan karena
                 keberhasilan pemerintah mengatur perekonomian, melainkan karena
                 terjadinya pelemahan daya beli masyarakat.

                      Terkait pertumbuhan ekonomi, misalnya, sejak 2014 pemerintah tak
                 pernah menembus target yang ditetapkannya sendiri, baik target dalam
                 RPJMN maupun target APBN. Capaian pemerintah selalu berada di bawah
                 target.
                      Pada 2015, target pertumbuhan ekonomi dalam RPJMN adalah 5,8%,
                 dan  target  APBN  5,7%,  tapi  realisasinya  hanya  4,8%.  Pada  2016,  target
                 RPJMN 6,6%, lalu target APBN 5,1%, tetapi capaian hanya 5,02%. Begitu
                 juga pada 2017, target RPJMN-nya 7,1%, target APBN 5,2%, namun capaian
                 hanya 5,07%. Hal yang sama saya kira juga akan terjadi pada 2018 ini, di
                 mana target RPJMN mencapai 7,5%, target APBN 5,4%, namun realisasi
                 hingga bulan September kemarin baru 5,1%.
                      Capaian itu sebenarnya menyedihkan, karena sangat jauh di bawah
                 janji kampanye Presiden Joko Widodo yang mengatakan ekonomi akan
                 meroket hingga 7 persen. Jika kita membaca kembali RPJMN 2015-2019
                 yang disusun pemerintah, yang menargetkan pertumbuhan 8% pada tahun
                 2019 nanti, maka berkaca pada situasi hari ini, cukup jelas perhitungan
                 ekonomi pemerintah memang tak pernah akurat.

                      Rendahnya angka pertumbuhan ekonomi ini berbanding terbalik
                 dengan  melesatnya  jumlah  utang  pemerintah  dalam  empat  tahun
                 terakhir. Berdasarkan data Bank Indonesia dan Kementerian Keuangan,
                 selama empat tahun jumlah utang kita melesat hingga 69,75 persen. Pada
                 kuartal ketiga 2014, sebelum Presiden Joko Widodo dilantik, posisi utang
                 pemerintah mencapai Rp2.601,71 triliun. Namun pada kuartal ketiga tahun





                                                                  CATATAN-CATATAN KRITIS  507
                                                                         DARI SENAYAN
   475   476   477   478   479   480   481   482   483   484   485