Page 13 - BUKU SATU - DARI VOLKSRAAD KE KOMITE NASIONAL INDONESIA PUSAT 1918-1949
P. 13

PEND AHUL U AN




                                                   Pejabat di Jawa dan Madura berjumlah 22 orang, di luar Jawa terdapat
                                                   17 orang, yaitu 3 orang Gubernur Sumatera’s Westkust, Aceh  en
                                                   Onderhoorigheden, dan Celebes en Orderhoorigheden, serta 13 residen
                                                   dan seorang sisten residen. Masing-masing pejabat didampingi oleh
                                                   seorang sekretaris, kecuali yang bertugas di Yogyakarta dan Biliton.
                                                                                                                  3
                                                         Dengan penggambaran di atas, tampak bahwa kekuasaan
                                                   sentralistis gubernur jenderal dalam menangani wilayah dan daerah
                                                   yang begitu luas dengan berbagai karakteristiknya berjalan dengan
                                                   kurang intensif dan efektif. Dalam kenyataannya, pemerintahan
                                                   daerah masih dilaksanakan oleh pangreh praja setempat. Timbul
                                                   pemikiran bahwa urusan dan masalah spesifik dapat ditangani
                                                   dengan baik, jika pelaksanaannya diberikan kepada daerah sebagai
                                                   bentuk desentralisasi. Dengan demikian, maka banyak tugas yang
                                                   harus didelegasikan ke daerah. Dalam kaitan itulah, maka Pemerintah
                                                   Kolonial mengeluarkan Undang-Undang Desentralisasi sebagai dasar
                                                   pembentukan dewan-dewan daerah. Undang-undang ini tidak dapat
                                                   dipisahkan, atau bahkan sesungguhnya merupakan konsekuensi dari
                                                   Politik Etis (Ethische Politiek) yang santer disuarakan sepanjang akhir
                                                   abad ke-19, dan dilaksanakan pada awal abad berikutnya. Politik
                                                   etis yang dijalankan pemerintah kolonial adalah mengenai upaya
                                                   memajukan dan meningkat produksi pertanian, antara lain melalui
                                                   program pengairan persawahan, pemindahan penduduk ke daerah-
                                                   daerah yang masih sedikit penduduknya, dan memberikan pendidikan
                                                   kepada masyarakat pribumi. Tiga program besar pemerintah kolonial
                           ... kekuasaan           itu secara umum dikenal terdiri dari irigasi, transmigrasi (kolonisasi),

                sentralistis gubernur              dan edukasi. Terutama pada aspek pengembangan daerah-daerah baru
                        jenderal dalam             itulah, maka diperlukan adanya dukungan pemerintah daerah yang

                            menangani              kuat. Begitulah pada akhirnya undang-undang yang berkaitan dengan
                 wilayah dan daerah                desentralisasi mulai dikeluarkan pada 1903 hingga 1905.
                                                         Undang-undang beserta turunannya yang dikeluarkan adalah
                     yang begitu luas              Decentralisatie Wet pada 23 Juli 1903, yang dimuat dalam Staatsblad
                     dengan berbagai               van  Nederlandsch  Indie  No.  329.  Kemudian,  Decentralisatie

                       karakteristiknya            Besluit (Keputusan Pemerintah tentang Desentralisasi) dan Locale
                      berjalan dengan              Raden Ordonantie (Ordonansi tentang Dewan-Dewan Lokal) pada
                                                   1905. Penerapan ordonansi dewan kota inilah yang menjadi dasar
                  kurang intensif dan              pembentukan sejumlah gemeente (kotapraja) di beberapa kota besar di
                                   efektif.        Jawa. Setiap kotapraja dipimpin oleh seorang walikota (burgermeester),
                                                   yang dalam tugasnya didampingi oleh dewan kota (gemeente raad).

                                                   3   Mona Lohanda, 2010. “Sistem Pemerintahan Hindia Belanda” dalam  Taufik Abdullah dan A.B.




                            SEJARAH DEWAN PERWAKILAN RAKYAT   5
                              REPUBLIK INDONESIA 1918 – 2018




         A BUKU SATU DPR 100 BAB 01 CETAK.indd   5                                                                 11/18/19   4:46 AM
   8   9   10   11   12   13   14   15   16   17   18