Page 15 - BUKU SATU - DARI VOLKSRAAD KE KOMITE NASIONAL INDONESIA PUSAT 1918-1949
P. 15

PEND AHUL U AN




                                                         Suatu perkembangaan yang menarik dalam sistem Pemerintahan
                                                   Kolonial Hindia Belanda khususnya mengenai lembaga perwakilan,
                                                   yaitu mengenai bagaimana lembaga perwakilan banyak berupaya
                                                   untuk mengakomodasi aspirasi rakyat jajahan. Dalam konteks itulah,
                                                   Volksraad sebagai isu dan kenyataan yang terwujud, meskipun tidak
                                                   benar-benar sepenuhnya menjadi lembaga perwakilan. Pembentukan
                                                   Volksraad di negeri jajahan bernama Hindia Belanda dilatarbelakangi
                                                   banyak faktor, baik dari lingkungan dalam maupun luar negeri. Pada
                                                   1907, Menteri Urusan Jajahan Dirk Fock mengajukan usul kepada
                                                   pemerintah Kerajaan Belanda untuk memperluas peran Dewan
                Jan Hendrik Malefijt,              Hindia (Raad van Indie), suatu lembaga yang berfungsi sebagai dewan
                      pengganti Fock,              penasihat. Dalam konteks inilah agaknya pemikiran untuk membentuk

                         mengusulkan               “dewan rakyat” mulai digulirkan. Faktor lain adalah karena situasi
                     pendirian Dewan               dan kondisi di negeri jajahan, serta termasuk pula yang terjadi di luar
                                                   negeri, khususnya Eropa, karena pengaruh Perang Dunia Pertama
                   Kolonial (Koloniaal
                                                   (1914—1918) di tanah jajahan yang lebih bersifat pada kekhawatiran
                             Raad) yang            terhadap dampak langsungnya.

                        beranggotakan                    Begitulah ketika Jan Hendrik Malefijt, pengganti Fock,
                               29 orang.           mengusulkan  pendirian  Dewan  Kolonial  (Koloniaal  Raad) yang
                                                   beranggotakan 29 orang. Agenda yang dibahas, misalnya, mengenai
                                                   anggota pasukan non-reguler dari penduduk Hindia Belanda, dalam
                                                   kaitannnya dengan konsep “Hindia Berketahanan” (Indie Weerbaar).
                                                   Isu ini dikaitkan dengan pembentukan  volksvertegenwordiging,
                                                   yang diusulkan Sarekat Islam dan Budi Utomo. Pada 1916, mulai
                                                   mengerucutlah gagasan pembentukan dewan rakyat dengan
                                                   penggantian Kolonial Raad menjadi Voksraad voor Nederlandsch-Indie,
                                                   berdasarkan keputusan Staten Generaal di Belanda.
                                                         Pembentukan  Volksraad diperjuangkan secara politik  oleh
                                                   Indische Partij (1912), dengan tokohnya: Cipto Mangunkusumo,
                                                   Douwes Dekker, dan Suwardi Suryaningrat, yang bertujuan “untuk
                                                   membangkitkan patriotisme semua orang Hindia terhadap Hindia yang
                                                   telah menghidupi mereka, untuk mendesak mereka supaya bekerja
                                                   sama berdasarkan kesetaraan politik yang membawa perkembangan
                                                   bagi tanah air Hindia ini, dan untuk mempersiapkan rakyat yang
                                                   merdeka. Pembelaan Suwardi (1913) tercantum pada kritiknya terhadap
                                                   kebijakan pemerintah  kolonial, dengan artikelnya  yang berjudul
                                                   “Als Ik een Nederlander was”. Ia mengatakan bahwa “keinginan bagi
                                                   terwujudnya perwakilan rakyat (volksvertegenwoordiging) tinggal
                                                   menunggu waktu; tidak lama lagi kalau dihitung dengan umur suatu
                                                   bangsa”.




                            SEJARAH DEWAN PERWAKILAN RAKYAT   7
                              REPUBLIK INDONESIA 1918 – 2018




         A BUKU SATU DPR 100 BAB 01 CETAK.indd   7                                                                 11/18/19   4:46 AM
   10   11   12   13   14   15   16   17   18   19   20