Page 14 - BUKU SATU - DARI VOLKSRAAD KE KOMITE NASIONAL INDONESIA PUSAT 1918-1949
P. 14
SEABAD RAKYAT INDONESIA
BERPARLEMEN
Pembentukan dewan kota didasarkan pada besar kecilnya penduduk
orang Eropa, maka Batavia-lah kota yang pertama ditetapkan sebagai
kotapraja (gemeente), berikut dengan kelengkapannya berupa
dewan kota (gemeente raad). Kemudian, Meester Cornelis (sekarang
Jatinegara) —yang kemudian disatukan dengan Batavia, lalu Buitenzorg
(sekarang Bogor). Tiga kotapraja tersebut ditetapkan sejak 1 April 1905.
Dalam perkembangan selanjutnya, dibentuk kotapraja di lima kota di
Jawa, yaitu Semarang, Bandung, Sukabumi, Tegal, dan Surabaya.
Dewan kotapraja (gemeente raad) adalah badan perwakilan yang
diisi oleh sejumlah anggota yang dipilih dan bekerja dalam periode
empat tahun, menurut peraturan pemilihan (Kiesordonantie) yang
ditetapkan pada 1908. Mereka yang berhak memilih adalah laki-laki
kawula Belanda (Nederlandsch-onderdaan), berusia sekurang-kurang 21
tahun, dapat membaca dan menulis dalam bahasa Belanda, sedangkan
untuk pemilih bumiputera harus mengusai bahasa Melayu dan bahasa
daerah tempat tinggal yang bersangkutan, serta membayar pajak
minimal 300 gulden per tahun. Adapun syarat untuk menjadi anggota
dewan kotapraja minimal berusia 25 tahun, menguasai bahasa Belanda
... pada prinsipnya yang cukup. Berdasarkan persyaratan di atas maka tampak bahwa
untuk memperkuat dewan kotapraja hanya dapat diisi oleh kalangan yang sangat elite,
yang sesungguhnya berjumlah terbatas. Seperti terlihat pada Dewan
sistem adminstrasi Kotapraja Batavia antara tahun 1905 sampai 1929, keanggotaan dewan
Hindia Belanda, terdiri atas 173 warga Eropa, 67 bumiputra, dan 19 warga Cina, serta
khususnya untuk 10 orang warga timur asing lainnya, yang pada umumnya adalah
warga Arab. Dapat dicatat di antara anggota dewan kotapraja Batavia
pelaksanaan dari bumiputra yang paling menonjol adalah Mohammad Husni
cultuurstelsel yang Thamrin. Tokoh yang kemudian melekat dengan kaum Betawi ini
4
dibuatkan bidang menjadi anggota Dewan Kotapraja Batavia dari tahun 1919 hingga 1927.
tugas teknis. Husni Thamrin kemudian tidak hanya dikenal sebagai tokoh Betawi,
melainkan juga sebagai salah seorang yang revolusioner dan merintis
perjuangan menuju kemerdekaan. Akan halnya, sepak terjang Thamrin
5
sebagai anggota perwakilan bumiputera tidak sebatas di Batavia saja,
sebab ia lantas menjadi anggota Volksraad yang dapat begitu kerasnya
dalam menyuarakan aspirasi nasib dan kehidupan para pemuda di
tanah jajahan.
4 Mona Lohanda, 2010. “Sistem Pemerintahan Hindia Belanda” dalam Taufik Abdullah dan A.B.
Lapian (editor umum). Indonesia Dalam Arus Sejarah, Jilid 5 “Masa Pergerakan Kebangsaan”,
Jakarta: Ikhtiar Baru : 55-56.
5 Bob Hering 2003. Mohammad Husni Thamrin: Tokoh Betawi-Nasionalis Revolusioner Perintis
Kemerdekaan. Jakarta: Hasta Mitra.
dpr.go.id 6
A BUKU SATU DPR 100 BAB 01 CETAK.indd 6 11/18/19 4:46 AM