Page 159 - BUKU SATU - DARI VOLKSRAAD KE KOMITE NASIONAL INDONESIA PUSAT 1918-1949
P. 159

SEABAD RAKYAT INDONESIA
                  BERPARLEMEN



                                                   pidato atupun sebuah mosi, yang kemudian dipertimbangkan oleh
                                                   Pemerintah Kolonial Hindia-Belanda sebelum ditembuskan kepada
                                                   Minister atau Menteri Negara Jajahan dan Tweede Kamer di Belanda.
                                                         Dalam rangka  mewujudkan  keterwakilan kaum pribumi di
                                                   Volksraad yang telah dicanangkan sejak lama oleh penduduk Hindia-
                                                   Belanda yang menginginkan sebuah pemerintahan sendiri, maka
                                                   tentunya harus ada suatu dasar pemikiran dan perencanaan terkait
                                                   langkah selanjutnya untuk merealisasikan gagasan yang ada. Di
                                                   sepanjang perjalannya dalam rentang periode 1928–1930 di Volksraad,
                                                   Thamrin menantang pemerintah kolonial Hindia Belanda untuk
                                                   memindahkan seorang nasionalis veteran yakni Cipto Mangunkusumo
                                                   dari pembuangannya di Banda ke Batavia untuk menduduki kursinya
                                                   di dewan itu. 311
                                                         Gubernur Jenderal A.C.D. de Graeff (1926–1933) mencoba
                                                   memecahkan masalah jurang pemisah yang semakin tumbuh antara
                               Gubernur            masyarakat Eropa dan Indonesia, antara lain dengan memperkuat

                        Jenderal A.C.D.            posisi penasihat untuk Inlandse Zaken (Badan Urusan Pribumi). Dengan
                      de Graeff (1926–             Gouvernementsbesluit (Suatu Keputusan dari Pemerintah kolonial
                                                   Hindia Belanda), pada tanggal 14 Agustus 1931, jabatan penasihat
                        1933) mencoba              ditempatkan langsung di bawah Gubernur Jenderal. Pejabat Hindia
                          memecahkan               Belanda pada waktu itu boleh berkorespondensi langsung dengan

                        masalah jurang             otoritas sipil dan militer. Ia harus selalu tahu tentang tindak-tanduk
                          pemisah yang             masyarakat Arab di Hindia-Belanda, dan juga harus mempelajari
                                                   perkembangan internal Islam dalam konteks internasional. Namun,
                      semakin tumbuh               instruksi baru itu hampir tidak memberikan efek politik.
                    antara masyarakat                    Pada bulan Juli 1931, M.H. Thamrin mengemukakan persoalan
                                                                 312
                 Eropa dan Indonesia               Poenale Sanctie  sebagai persoalan yang akan ditangani oleh Nationale
                                                   Fractie atau Fraksi Nasional. Setahun setelahnya, yakni pada Juli 1932,
                                                   M.H. Thamrin yang kembali terpilih sebagai ketua Fraksi Nasional
                                                   mengumumkan di  Volksraad  bahwa  terdapat  perubahan kecil
                                                   terkait tujuan dari fraksi tersebut, yang sebelumnya “de zoo spoedig
                                                   mogelijke zelfstandigheid van  Indonesia”  menjadi “de zoo spoedig
                                                   mogelijke onafhankelijkheid van Indonesia”. Pada 1933, M.H. Thamrin
                                                   menanggapi penanganan kasus pemberontakan di kapal perang Zeven
                                                   Provinciën yang terjadi pada 6 Februari 1933. Juli 1934, pidato M.H.


                                                   311   Handelingen Volksraad 1928-1929, hlm. 157-158
                                                   312   Poenale Sanctie, yang berisi: “setiap koeli kontrak yang meninggalkan pekerjaannya, yang lari,
                                                      dan yang mengabaikan kewajiban kerjanya bisa didenda atau dihukum penjara”. Lihat Antony Reid,
                                                      “Early Chinese Migration into North Sumatera” dalam Jerome Ch’en and Nicholas Tarling (ed.),
                                                      1970, Studies in the Social History of China and Southeast Asia (London: Cambridge University
                                                      Press), hlm. 293




                                       dpr.go.id   156





         A BUKU SATU DPR 100 BAB 03 CETAK.indd   156                                                               11/18/19   4:50 AM
   154   155   156   157   158   159   160   161   162   163   164