Page 160 - BUKU SATU - DARI VOLKSRAAD KE KOMITE NASIONAL INDONESIA PUSAT 1918-1949
P. 160
Volk sr aad PERIODE 1931 – 1942
Thamrin di depan sidang Volksraad adalah mengenai pandangannya
tentang penetrasi (pengaruh) Jepang di Hindia. Pada 1935, Pemerintah
Kolonial Hindia-Belanda menunjuk seorang perempuan Belanda
bernama Razoux Schultz-Metzer menjadi anggota Volksraad. Dua
tahun kemudian, ia mengusulkan hak pilih bagi perempuan tanpa
diskriminasi ras.
Saat itu juga komposisi anggota Volksraad beragam, ada yang
anggotanya merupakan orang Belanda yang memang kelompok anggota
mayoritas, serta orang Hindia Belanda (Indonesia), Timur Asing (Arab,
Cina), juga mereka yang berasal dari ras campuran Belanda-Indonesia
(Belanda totok), yang kemudian hari membentuk fraksi. Kemunculan
Razoux Schultz-Metzer adalah faktor pembeda dari Volksraad pada
periode ini. Ia kemudian mendukung agar perempuan pribumi juga
dapat menduduki posisi sebagai anggota di dalam Volksraad. 313
Pada 16 September 1928, Cipto ditunjuk oleh kantor pemilihan
Volksraad untuk menduduki kursi kosong yang ditinggalkan oleh
anggota dari Paguyuban Pasundan, Oto Kusuma Subrata. Dengan
314
duduknya Cipto di Volksraad, maka pendapat yang biasanya banyak
Cornelia Hendrika Razoux diwakili oleh golongan konservatif yakni para pangreh praja dan pejabat
Schultz-Metzer
Sumber: Het Nieuws van den Dag voor BB (Binnenlands Bestuur/Pegawai Negeri), kini dapat ditandingi secara
Nederlandsch-Indie kuat oleh seorang veteran nasionalis yang sangat faham dengan situasi
dan masalah daerah tersebut. 315
Setelah usul tentang “mayoritas pribumi” yang telah
dimenangkan, juga setelah apa yang disebut Stokvis sebagai keadaan
sulit yang dihadapi De Graeff, Fraksi Nasional kemudian menikmati
tahun pertama yang indah. Mayoritas anggota Volksraad tidak
melunakkan sikap mereka terhadap kaum nasionalis yang dengan
lantang menentang pemerintah kolonial Hindia Belanda. Terlebih
terhadap lonjakan gerakan terbuka yang dilakukan oleh sejumlah tokoh
pembawa aspirasi nasional, seperti Sukarno misalnya, yang dipandang
mempunyai aspirasi yang kuat, sehingga dituduh melakukan suatu
kecurangan untuk melemahkan pengaruh yang kemungkinan dapat
dibawanya ke Volksraad. 316
Keterwakilan pribumi di Volksraad rupanya menghimpun sebuah
kekuatan baru, para wakil rakyat di Volksraad dari kalangan pribumi
tidak berhenti disitu saja dalam menggalang kekuatan politik, muncul
313 Lihat di Soerabaijasch handelsblad, 9 Mei 1935
314 Handelingen Volksraad 1928-1929, hlm. 2
315 Bob Hering, Op.Cit., hlm. 110
316 Ibid., hlm. 112
157
A BUKU SATU DPR 100 BAB 03 CETAK.indd 157 11/18/19 4:50 AM