Page 256 - BUKU SATU - DARI VOLKSRAAD KE KOMITE NASIONAL INDONESIA PUSAT 1918-1949
P. 256
SEABAD RAKYAT INDONESIA
BERPARLEMEN
R. Otto Iskandar Dinata: “Di zaman Belanda
kita bangsa Indonesia tidak mengetahui keadaan
Negeri Nippon atau budi pekerti bangsa Nippon.
Akan tetapi selama satu setengah tahun Pemerintah
Balatentara Dai Nippon, bangsa Indonesia sudah
banyak mendapat pelajaran dari bangsa Nippon.
Kesempatan uuntuk mengambil bagian dalam
pemerintahan negeri diberikan kepada kita,
meskipun Dai Nippon sedang berperang. Yang
sangat membesarkan hati ialah kesempatan
membangun Djawa Baroe dengan Semangat Baroe,
berdasarkan cita-cita Asia yang suci.”
4.2 Dasar dan Tujuan Pembentukan
Chuo Sangi-in
Seperti telah disebutkan di atas mengenai peluang partisipasi
politik bagi orang-orang Indonesia, maka tindakan yang diambil oleh
Pemerintah Militer Jepang sehubungan dengan pernyataan tersebut
adalah: Pertama, membentuk Chuo Sangi-In di Jakarta dan Shu
Sangi-kai di tujuh belas wilayah keresidenan, Kota Praja Istimewa
Jakarta, serta di Daerah Istimewa Yogyakarta dan Surakarta; Kedua,
mengangkat penasehat (sanyo) untuk departemen-departemen
Pemerintah Militer Jepang seperti yang telah diuraikan di atas.
Pembentukan badan-badan tersebut, atau pengangkatan orang-
orang Indonesia tersebut, dimaksudkan untuk menjamin partisipasi
orang Indonesia secara terbuka dalam menentukan kebijaksanaan dan
pelaksanaan pemerintahan militer Jepang. Maksud pernyataan Tojo
mengenai partisipasi politik sebenarnya adalah untuk mempromosikan
kerja sama penduduk Jawa. Hal itu merupakan kunci penting dalam
memperkuat pertahanan di wilayah Asia Tenggara. Untuk maksud
ini, Saiko Shikikan memanggil empat pemimpin Putera (Ir. Soekarno,
Drs. Mohammad Hatta, K.H. Mas Mansur, dan Ki Hajar Dewantara),
Gambar 2. Perdana Menteri anggota Komite Penyelidik Sistem Adat dan Tata Negara, pejabat-
Jepang, Tojo (kanan depan)
bertemu dengan pimpinan pejabat pemerintah, dan guru-guru ke tempat kediamannya untuk
Putera. Tampak Sukarno (kiri menegaskan maksud kerja sama politik yang disebutkan Tojo.
depan), Hatta (tengah), dan
Ki Hajar Dewantara (kanan Pada tanggal 5 September 1943, Saiko Shikikan mengeluarkan
belakang) Osamu Seirei No. 36 dan 37 tentang pembentukan Chuo Sangi-in dan
[Sumber: NIOD 48836] Shu Sangi-kai. Pada Pasal 1 Osamu Seirei No. 36 disebutkan bahwa,
dpr.go.id 254
A BUKU SATU DPR 100 BAB 04 CETAK BARU.indd 254 11/18/19 4:51 AM