Page 279 - BUKU SATU - DARI VOLKSRAAD KE KOMITE NASIONAL INDONESIA PUSAT 1918-1949
P. 279

Chuo S angi-In 1942 – 1945



                                                   Mansur adalah Penasihat Pengurus Besar Muhammadiyah, sehingga
                                                   wajar saja jika ia menghubungkan pendapatnya tersebut dengan
                                                   ajaran Islam. Sementara itu, R.P. Suroso mengusulkan agar bangsa
                                                   Indonesia dapat menghilangkan sifat mementingkan diri sendiri, serta
                                                   membuka kesempatan untuk bertukar pikiran secara proporsional, baik
                                                   melalui Tonarigumi atau badan resmi lainnya, dengan memberikan
                                                   kelonggaran atau sedikit kebebasan dalam cara menyiarkan informasi,
                                                   agar maksud perang dapat lebih mudah untuk dimengerti oleh
                                                   penduduk. Pendapat R.P. Suroso ini memperlihatkan bahwa ketika
                                                   itu semua orang Indonesia, terutama di Jawa, sebenarnya menyadari
                        Pendapat R.P.              akan kedudukannya yang tidak dapat melakukan apa pun, oleh karena
                            Suroso ini             semua tindakan selalu diawasi ketat oleh Jepang. Pendapat-pendapat
                    memperlihatkan                 tersebut di atas merupakan bahan untuk menyusun jawaban atas

                    bahwa ketika itu               pertanyaan Saiko Shikikan. Untuk kepentingan tersebut, Ketua Chuo
                                                   Sangi-in membentuk Panitia Istimewa untuk membahasnya.
                        semua orang                      Dalam sidang tertutup Panitia Istimewa, para anggota
                            Indonesia,             menyatakan pendapatnya. Antara lain dr. Buntaran yang menyatakan
                  terutama di Jawa,                bahwa, sebagai anggota Chuo Sangi-in yang merupakan pemimpin

                          sebenarnya               rakyat, haruslah ada kesadaran untuk memimpin penduduk Jawa dalam
                                                   menerangkan tujuan perang Jepang. Kemudian, untuk memupuk rasa
                    menyadari akan                 persaudaraan, hendaknya dibentuk satu badan yang akan atau dapat
                      kedudukannya                 menimbulkan rasa persaudaraan di antara semua golongan bangsa
                   yang tidak dapat                di Jawa. Selain dari itu, R.M.A.A. Kusumo Utoyo menegaskan tentang

                     melakukan apa                 perlunya diadakan perbaikan dalam cara penggilingan padi, sementara
                                                   R. Sukarjo Wiryopranoto mengusulkan agar dibentuk badan perjuangan
                                  pun ...          Jawa yang anggotanya terdiri dari penduduk Jawa, yang akan menjadi
                                                   dasar untuk memperkuat susunan masyarakat dalam masa perang.
                                                         Selanjutnya, Mr. Samsudin, Otto Iskandar Dinata, dr. K.R.T.
                                                   Rajiman, A. Aris, Mr. Suyudi, dan dr. Toha pada pokoknya sama-sama
                                                   menguraikan pentingnya memperdalam kesadaran penduduk akan
                                                   arti perang yang sebenarnya. Oey Tjong Hauw menambahkan bahwa
                                                   diperlukan penyesuaian kedudukan dalam organisasi yang dapat
                                                   disesuaikan dengan keahlian masing-masing orang. Mr. Sunarko
                                                   secara lebih langsung mengemukakan pentingnya mengatur Jawa
                                                   Hokokai, serta memberikan kelonggaran kepada pembicara dalam
                                                   masa propaganda. Pembicara terakhir adalah Mr. Iskaq dan Rooslan
                                                   Wongsokusumo yang menyatakan bahwa para pemimpin harus lebih
                                                   dulu mengetahui keadaan rakyat yang sebenarnya, dan rakyat harus
                                                   dipimpin dengan mempercayai segala kemampuannya.





                            SEJARAH DEWAN PERWAKILAN RAKYAT   277
                              REPUBLIK INDONESIA 1918 – 2018




         A BUKU SATU DPR 100 BAB 04 CETAK BARU.indd   277                                                          11/18/19   4:51 AM
   274   275   276   277   278   279   280   281   282   283   284